ILMU AL QUR’AN DITINGGALKAN UMAT ?
Temanku bertanya “Adakah pembelajaran
Al Qur’an yang menarik dan memiliki target cepat selesai dengan out-put
berkualitas?”. Anakku butuh pembelajaran Al Qur’an yang “instan” karena
terbentur deadline yang diberikan
pihak akademik sebagai syarat kelulusan
kesarjanaanya.
Problematika anak temanku
mengingatkan kita pada fenomena umat Islam Indonesia masa kini. Menurut hasil
pendataan BPS bahwa Umat Islam Indonesia
yang buta huruf Al Qur’an (Arab) mencapai 54%. Artinya, hanya 46% saja umat
islam yang mampu membaca Al Qur’an. inipun dengan klasifikasi
kemampuan membaca yang berbeda.
Angka yang sungguh
fantastis! Idealnya hal ini menjadi sebuah pemetaan program prioritas bagi
pemerintah bersama masyarakat peduli Al Qur’an agar masalah buta huruf Al
Qur’an yang melanda umat Islam dapat teratasi dengan baik. Logikanya umat islam
di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama islam, mampu menekan angka
dari 54% buta huruf Al Qur’an menjadi 10%.
Sehingga Ummat Islam yang berkemampuan membaca Al Qur’an mencapai 90%.
Menurut pendapat beberapa ulama Qura, kalaupun ada angka 10% yang buta huruf Al Qur’an, inipun masih
merupakan “musibah” bagi islam, sebab untuk mengetahui Ulumul Qur’an, tentu wajib baginya memiliki kemampuan membaca huruf
Arab terlebih dahulu, karena bacaan Al
Qur’an menggunakan bahasa Arab.
Mengapa di era yang serba
canggih ini bacaan Al Qur’an semakin ditinggalkan umat? Ironisnya ketika sharing tentang hal ini
dengan beberapa pejabat pemerintah terkait, hanya direspon dengan sikap apatis (masa bodoh/ cuek). Dapat
dipahami bahwa sikap yang terbentuk dari seseorang merupakan wujud dari mindset (pola pikir) orang tersebut. Hal
ini dapat dibuktikan pada mindset positif empat orang ulama Qura di
Surabaya yang telah berhasil menyusun buku tentang model pembelajaran Al Qur’an
yang efektif dengan nama Tilawati.
Tilawati relevan dengan teori Brain Based Learning, Multiple Intelligence,
Contextual Teaching And Learning dan Developmentally
Appropriate Practice (pendidikan yang patut sesuai tahap perkembangan) yang sangat memungkinkan akan keberhasilan
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dengan Tilawati
siswa akan merasa nyaman berada di lingkungannya. Hal ini membuat
pembelajaran lebih efektif dan siswa termotivasi untuk meningkatkan prestasinya,
sehingga akan menghasilkan out-put pendidikan yang berkualitas.
Perguruan Tinggi UNESA,
UIN Surabaya dan perguruan tinggi negeri – swasta lainnya di Surabaya telah
mewajibkan mahasiswanya untuk memiliki sertifikat kelulusan membaca Al Qur’an sebagai
syarat kelulusan kesarjanaannya dengan legalitas dari Lembaga Pengembangan
Tilawati. Begitu pula sekolah-sekolah formal SD, SMP, dan SMA/SMK negeri dan
swasta telah menggunakan tilawati sebagai
bagian dari kurikulum eksplisit. Tidak kalah penting dari hal itu, masyarakat
dan pemerintah telah bersama –sama mengembangkan model pembelajaran tilawati di
lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD formal & non Formal), Pendidikan
non formal (Taman Pendidikan Al Qur’an, Diniyah Takmiliyah, Majlis Taklim dll).
Alhasil pendidikan Al Qur’an di Surabaya semakin diminati sehingga genderang Al
Qur’an semakin berkumandang semarak di kota tersebut.
Penulis terinspirasi
mengangkat tema ini sebagai ketertarikan atas Model Pembelajaran (Al Qur’an) Tilawati
yang di adopsi di lingkungan dunia pendidikan di Surabaya bahkan tersebar di
seluruh Indonesia dan sudah di ujicobakan melalui pilot project Diklat Standarisasi Guru Al Qur’an Metode
Tilawati. Beberapa negara tetangga
seperti Malaysia, Brunai dan lainnya bahkan ada diantaranya lembaga kajian
Islam di Amerika Serikat telah mengadopsi model pembelajaran tersebut.
Pertanyaannya “mengapa model pembelajaran (Al Qur’an) Tilawati menarik simpatik
semua kalangan?
Model pembelajaran (Al
Qur’an) tilawati memiliki 3 karakteristik yakni:
1. Diajarkan secara praktis,
Pembalajaran
Tilawati menggunakan praktek secara sistematis yang berorientasi pada
pengembangan potensi siswa dalam kemampuan skill verbalnya.
2. Menggunakan lagu Rost
Hakekatnya
manusia menyukai keindahan sebagai bentuk dari rasa senang yang dialami oleh
seseorang melalui otak emosinya (limbik). Berdasarkan penelitian Gardner bahwa
kecerdasan seseorang bersifat multiple (majemuk). Lagu menempati wilayah Imajinasi
dan musik yang terdapat pada otak kanan manusia memiliki sifat keberfungsian mudah
menerima informasi (pelajaran) dan tidak cepat lupa.
Menerapkan
lagu Rost dalam pembelajaran (Al Qur’an) Tilawati mengandung kemudahan untuk
dipelajari oleh semua kalangan, dari anak-anak-, remaja maupun dewasa. Adapun lagu
Rost merupakan bagian dari seni membaca Al Qur’an yang memiliki 7 Standar lagu.
3.
Diajarkan secara klasikal menggunakan peraga dan tehnik baca simak
menggunakan buku
Peraga merupakan bagian terpenting dari perangkat
pembelajaran agar dapat membantu kemudahan informasi yang dibutuhkan oleh siswa.
Sutanto Windura dalam bukunya Learn How To Learn mengatakan bahwa untuk
mewujudkan pembelajaran yang efektif harus memahami typologi pembelajarnya.
Kategori pembelajar ada 3 tipe yaitu: 1.Pembelajar Auditorial. 2. Pembelajar
Visual 3. Pembelajar kinestetikal.