BAB I
PENDAHULUAN
Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status).
Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka
dia menjalankan suatu peranan[1]
Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang
dewasa, pengajar/ pendidik dan sebagai pegawai. Yang paling utama adalah
kedudukannya sebagai pengajar/ pendidik. Berdasarkan kedudukannya guru harus
menunjukkan kelakuan yang layak menurut harapan masyarakat sesuai dengan
tuntutannya dalam aspek etis, intelektual dan sosial. Guru sebagai pendidik dan
pembina generasi muda harus menjadi tauladan di dalam maupun di luar sekolah.
Guru harus senantiasa sadar akan kedudukannya selama 24 jam sehari. Di mana dan
kapan saja ia akan selalu dipandang sebagai guru yang harus memperlihatkan
kelakuan yang dapat ditiru oleh masyarakat, khususnya oleh anak didik.[2]
Peranan guru dalam hubungannya dengan murid bermacam-macam menurut
situasi interaksi sosial yang dihadapinya, baik situasi formal dalam proses
belajar mengajar dan dalam situasi informal.
Dalam situasi formal guru harus sanggup menunjukan kewibawaan atau
otoritasnya, artinya guru harus mampu mengendalikan, mengatur, dan mengontrol
kelakuan anak. Kewibawaan sejati tidak diperoleh dengan penyalahgunaan kekuasaan akan tetapi didukung oleh
kepribadian guru. Guru yang berpengalaman dapat menjalankan peranannya menurut
situasi sosial yang dihadapinya. Kegagalan dalam hal ini akan merusak
kedudukannya dalam pandangan murid, kepala sekolah, rekan-rekan guru maupun
orangtua murid.[3]
Peranan guru dalam masyarakat antara lain bergantung pada gambaran
masyarakat tentang kedudukan guru. Pekerjaan guru selalu dipandang dalam
hubungannya dengan ideal pembangunan bangsa. Karena kedudukan yang istimewa
tersebut masyarakat menaruh harapan yang tinggi tentang peranan guru.Kedudukan
sosial guru berbeda dari negara ke negara, dari zaman ke zaman.
Di Amerika Serikat masyarakat menuntut kelakuan tertentu dari guru
yang tidak dikenakan jabatan lain, sekitar tahun 1930-an guru-guru wanita
diharapkan jangan kawin bila ingin tetap bekerja sebagai guru, tidak
berpacaran, main kartu, merokok berdansa dan minum alkohol. Guru wanita yang
baik, harus rajin beribadah, berdedikasi tinggi, berpakaian sopan dan tidak
mengikuti mode baru. Walau zaman berubah namun kelakuan guru yang menyimpang
tetap menjadi sorotan yang tajam. Guru selalu diharap agar menjadi suri
tauladan yang baik bagi anak didik dan mampu bergaul sesama guru, kepala
sekolah maupun lingkungan masyarakat luas sesuai norma-norma yang terikat dengan harapan
masyarakat[4].
Untuk melaksanakan peranannya sebagai guru dibutuhkan kepribadian yang baik.
Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri seseorang sebagai
sistem psikofisik yang menentukan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya
yang bersifat unik yang didukung oleh keadaan struktur psikofisiknya sehingga
menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam
berinteraksi dengan lingkungannya[5].
Kepribadian biasanya menyangkut banyak aspek seperti, kedirian,
karakter, watak, ego, self dan bahkan menyangkut identitas bangsa. Namun titik
temu yang mengandung pengertian umum dari kepribadian, yaitu keseluruhan
tingkah laku yang tampak dalam ciri khas seseorang[6]
Di dalam interaksi sosial kadang-kadang muncul fakta bahwa peranan
tidak lebih penting dibanding kedudukan sehingga terjadi hubungan-hubungan
timpang tersebut lebih mementingkan bahwa suatu pihak hanya mempunyai hak saja,
sedangkan pihak lain mempunyai kewajiban belaka.
Pada makalah yang berjudul Peran dan Kepribadian Guru ini penulis
akan membagi 3 bahasan yaitu: Peranan Guru di Sekolah dan dalam Masyarakat,
Kepribadian Guru dan Peranan Guru dan Kelakuan Murid.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Peranan Guru di
Sekolah dan dalam Masyarakat
Kedudukan sebagai guru
adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja.
Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, tetapi bersifat terbuka
bagi siapa saja, bergantung pada kemampuan masing-masing dalam mengejar dan
mencapai tujuannya dengan memenuhi persyaratan tertentu untuk menjalaninya[7]
Kedudukan guru ditentukan oleh fakta bahwa ia orang dewasa. Dalam
masyarakat kita orang yang lebih tua harus dihormati. Berdasarkan usianya yang
lebih tua dari murid maka guru mempunyai kedudukan yang harus dihormati,
apalagi karena guru juga dipandang sebagai pengganti orangtua, begitu
sebaliknya guru harus dapat memandang
murid sebagai anak.
Ada anggapan bahwa pada era modern ini rasa hormat siswa terhadap
guru makin merosot. Erosi kewibawaan guru mungkin disebabkan oleh peranan siswa
dalam revolusi kemerdekaan yang dipengaruhi oleh kebudayaan asing, oleh sikap
kritis siswa, oleh ketidakmampuan guru mempertahankan kedudukan yang
dipegangnya.
Dalam situasi formal, yakni dalam usaha guru mendidik dan mengajar
anak dalam kelas, guru harus sanggup menunjukkan kewibawaan atau otoritasnya,
artinya guru harus mampu mengendalikan, mengatur dan mengontrol kelakuan anak
bahkan seorang guru diperbolehkan menggunakan kekuasaannya. Adapun jenis-jenis
kekuasaan guru[8]
sebagai berikut:
1.
Kekuasaan
koersif (coersive power)
Kekuasaan koersif menunjukkan kemampuan seorang guru untuk membuat
sanksi atau ganjaran pada siswanya.
2.
Kekuasaan
keahlian (exspert power)
Kekuasan ini berasal dari pengetahuan, pengalaman, ketrampilan,
atau kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru, contoh seorang guru besar
filsafat ilmu dapat memerintahkan mahasiswanya untuk menafsirkan sebuah teori
sesuai dengan pendapatnya.
3.
Kekuasaan
Informasi (informational power)
Kekuasaan ini berasal dari komunikasi tertentu atau pengetahuan
baru yang dimiliki oleh seorang guru. Contoh seorang guru olah raga dapat
memerintahkan seorang siswa melakukan gerakan tertentu dalam renang karena ia
memiliki kemampuan informasional.
4.
Kekuasaan
Rujukan (referent power)
Kekuasaan rujukan adalah kemampuan seorang guru yang menjadikan
siswanyaa merasa kagum padanya sehingga mereka ingin meniru apa yang
dilakukannya. Biasanya, kekuasaan ini dapat menjadikan siswa taklid secara
total pada gurunya. Apapun yang dilakukan oleh gurunya, masuk akal atau tidak,
pasti ditirunya.
5.
Kekuasaan Legal
(legitimate power)
Kekuasaan legal adalah berasal dari seperangkat peraturan atau
norma yang menyebabkan guru melakukan suatu tindakan. Contoh guru BK di sebuah
sekolah dapat memberikan hukuman pada siswa yang tertangkap basah mencuri HP
teman sekelasnya.
Peranan guru dalam hubungannya dengan murid memerlukan kewibawaan
yang menjadi syarat mutlak dalam mendidik. Pendidikan akan berlangsung bila ada
kepatuhan dari pihak anak dan kepatuhan diperoleh bila pendidik memiliki
kewibawaan. Kewibawaan dan kepatuhaan merupakan dua hal yang komplementer untuk
menjamin adanya disiplin. Adanya kewibawaan guru dapat di pengaruhi oleh
beberapa hal[9]
diantaranya:
·
Anak-anak
mengharapkan guru yang berwibawa, yang dapat bertindak tegas untuk menciptakan
suasana disiplin dan mereka mengakui kewibawaan itu.
·
Guru dipandang
sebagai pengganti orangtua, sehingga lebih mudah menerima kewibawaan guru jika
anak tersebut dirumahnya terbiasa mematuhi orangtua.
·
Pada umumnya tiap
orangtua mendidik anaknya agar patuh kepada guru.
·
Guru memelihara
kewibawaannya dengan menjaga jarak sosial antara dirinya dengan murid.
Kewibawaan akan mudah lenyap bila guru terlampau akrab dan bersenda guraau
dengan mereka.
·
Kewibawaan yang
sejati diperoleh guru berdasarkan kepribadiannya sendiri.
Pada satu pihak guru harus bersikap otoriter, dapat mengontrol
kelakuan murid, dapat menjalankan kekuasaannya menciptakan suasana disiplin
demi tercapainya hasil belajar yang baik. Di lain pihak guru harus mampu
menunjukkan sikap bersahabat dan dapat bergaul dengan murid dalam suasaana
akrab. Guru yang berpengalaman dapat menjalankan peranannya menurut situasi
sosial yang dihadapinya.
Di Sekolah Dasar pengaruh teman sebaya itu menduduki ranking kedua
setelah pengaruh guru, sedangkan di sekolah menengah kedudukannya menjadi
terbalik. Betapa pentingnya peranan guru di sekolah dimana anak didik sebagai
calon warga negara Indonesia paripurna itu di TC-kan, akan jelas dari banyaknya
julukan yang diberikan kepadanya seperti[10]
a.
Suri-tauladan dalam sikap, ucapan, tingkah laku yang dewasa, baik mental maupun
spiritual
b.
Director of
learning: pemberi arah dalam proses perubahan
tingkah laku si anak didik
c.
Inovator : penyebar dan pelaksana ide-ide baru demi peningkatan mutu
pendidikan/ pengajaran
d.
Motivator : penggali, pemupuk, pengembang motivasi, mengapa anak-anak didik itu
harus belajar dengan giat dsb.
e.
Conductor of
learning: Guru seolah-olah seorang dirigen
suatu orkes, yang dimainkan oleh anak-anak didiknya. Conductor itu
mengusahakan dengan petunjuk-petunjuknya supaya semua pemain secara aktif
mengambil bagian dalam menampilkan suatu adegan yang penuh dengan aktifitas.
Tugas murid bukan mendengarkan saja dan tugas guru bukan memperdengarkan suara
saja, melainkan lebih dari itu
f.
Manager of
learning: dalam hal ini tugas guru selain
mengelola kelas, juga melakukan pengawasan atas anak-anak didiknya.
Dalam interaksi antara guru dengan murid terjadi proses pendidikan dan
proses sosialisasi bagaimana respon atau reaksi murid terhadap berbagai tipe
kelakuan guru. Hubungan guru dengan murid banyak ragamnya bergantung pada guru,
murid serta situasi yang dihadapi. Tiap guru mempunyai hubungan yang berbeda
menurut pribadi dan situasi yang dihadapi. Untuk mempelajarinya kita dapat
berpegang pada tipe-tipe guru[11]
a.
Type Guru Otoriter
Guru yang otoriter akan menjaga jarak dengan murid , tidak
mengizinkan anak melewati batas atau jarak sosial tertentu. Guru tidak ingin
murid menjadi akrab dengan dia. Guru merasa berkuasa dan berhak memberikan
perintah yang harus ditaati. Type guru yang otoriter cenderung kurang disukai
atau justru dikagumi bila ia memiliki sifat-sifat yang baik. Kata yang sejajar
dengan type otoriter adalah dominatif yaitu guru mendominasi atau menguasai
murid, menentukan dan mengatur kelakuan murid dan menginginkan konformitas
dalam kelakuan mereka. Karena sering mencampuri apa yang dilakukan murid
sehingga cenderung menimbulkan konflik.
b.
Type Guru Demokratis
Guru yang ramah akan dekat serta akrab dengan muridnya. Murid suka
meminta dia turut serta dalam kegiatan rekreasi dan membicarakaan soal-soal
pribadi, namun mungkin dianggap kurang berwibawa.Guru yang demokratis biasa
juga disebut dengan guru yang integratif yaitu guru tidak akan banyak
mencampuri, mengatur dan menegur pekerjaan anak, akan tetapi membiarkannya
bekerja menurut kemampuan dan cara masing-masing. Tiap anak dihargainya menurut
pribadinya masing-masing. Dengan demikian akan terjadi integrasi atau keharmonisan
guru dan anak tanpa menimbulkan pertentangan.
Type guru yang integratif lebih mengembangkan kepribadian anak
menjadi lebih mandiri, dapat memilih sendiri dengan penuh tanggungjawab.
Peranan guru dalam masyarakat antara lain bergantung pada gambaran
masyarakat tentang kedudukan guru. Kedudukan guru sebelum Perang Dunia II
sangat terhormat karena hanya mereka yang terpilih dapat memasuki lemabaga
pendidikan guru. Hingga kini citra tentang guru masih tinggi walaupun apa yang
dicita-citakan tidak selalu sejalan dengan kenyataan. Status sosial guru tidak
semata-mata ditentukan oleh pendapatannya.
Guru-guru cenderung bergaul dengan sesama guru yang terikat oleh
norma-norma menurut harapan masyarakat yang dapat menjadi hambatan untuk
mencari pergaulan dengan golongan lain yang tidak dibebani oleh
tuntutan-tuntutan tentang kelakuan terrtentu. Guru dan sesamanya mudah saling
memahami dan dalam pergaulan antara sesama teman dapat memelihara kedudukan dan
peranannya.
Perkumpulan guru juga menggambarkan peranan guru. PGRI misalnya
bersifat profesional yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Mengajar dan mendidik sejak dulu dipandang sebagai profesi kehormatan yang
tidak semata-mata ditujukan kepada keuntungan material.
2.
Kepribadian
Guru
Kepribadian adalah penyesuaian diri , yaitu suatu proses respons
individu, baik yang bersifat perilaku maupun mental dalam upaya mengatasi
kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustasi, konflik
serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dan norma
lingkungan dan bersifat unik.
Adapun pengertian unik adalah kualitas perilaku itu khas
sehingga membedakan seseorang dari orang lain. Keunikan tersebut didukung oleh
keadaan struktur psikofisiknya, misalnya konsitusi dan kondisi fisik, tampang,
hormon, segi, dan efektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga
menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.[12]
Aspek-aspek kepribadian terdiri dari:
1)
Karakter, yaitu
konsekuen tidaknya mematuhi etika perilaku, konsisten tidaknya dalam memegang
pendirian atau pendapat;
2)
Temperamen,
yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan
3)
Sikap, yaitu respon
terhadap objek yang bersifat positif, negatif, atau ambivalen;
4)
Stabilitas
emosi, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari
lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa;
5)
Responsibilitas
(tanggungjawab), kesiapan untuk menerima resikko dari tindakan atau perbuatan
yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau
melarikan diri dari resiko yang dihadapi; dan
6)
Sosiabilitas,
yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal, seperti
sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan
orang lain
Karakteristik kepribadian ada tiga macam: pertama kepribadian yang sehat , kedua
kepribadian yang sakit, dan ketiga kepribadian yang dewasa[13]
Kepribadian guru terbentuk
atas pengaruh kode kelakuan seperti yang diharapkan oleh masyarakat dan sifat
pekerjaannya.Guru harus menjalankan peranannya menurut kedudukannya dalam
berbagai situasi sosial. Kelakuuan yang tidak sesuai dengan peranan akan mendapatkan
kecaman dan harus dielakkannya. Sebaliknya kelakuan yang sesuai akan
dimantapkan dan norma-norma kelakuan akan diinternalisasikan dan menjadi suatu
aspek dari kepribadiannya.
Dalam situasi kelas guru menghadapi sejumlah murid yang harus
dipandangnya sebagai anaknya. Sebaliknya murid-murid akan memperlakukannya
sebagai bapak dan ibu guru. Berkat kedudukannya maka guru didewasakan, dituakan
sekalipun menurut usia yang sebenarnya belum pantas menjadi “orangtua.”[14]
Orangtua murid akan memandang guru sebagai “partner” yang setaraf
kedudukannya dan mempercayakan anak mereka untuk diasuh oleh guru. Dalam
menjalankan peranannya sebagai guru ia lambat laun membentuk kepribadiannya. Ia
diperlakukan oleh lingkungan sosialnya sebagai guru dan ia akan bereaksi
sebagai guru pula. Ia menjadi guru karena diperlakukan dan berlaku sebagai
guru. Caranya berbicara, senyum, berjalan, duduk, berpakaian akan
disesuaikannya dengan peranannya yang lambat laun menjadi ciri kepribadiannya
yang mungkin akan melekat pada dirinya sepanjang hidupnya.
Kedudukannya sebagai guru akan membatasi kebebasannya dan dapat
pula membatasi pergaulannya. Ia tidak akan diajak melakukan kegiatan yang
rasanya kurang layak bagi guru. Ia akan mencari pergaulannya terutama dari kalangan
guru yang sependirian dengan dia.
3.
Peranan Guru
dan Kelakuan Murid
Proses pendidikan banyak terjadi dalam interaksi sosial antara guru
dan murid. Sifat interaksi ini banyak bergantung pada tindakan guru yang
ditentukan antara lain oleh tipe peranan guru. Bagaimana reaksi murid terhadap
peranan guru dapat diketahui dari ucapan murid tentang guru itu. Tentang hal
ini telah dilakukan sejumlah penelitian
a.
Reaksi Murid
terhadap Peranan Guru
Frank Hart pada tahun 1934 menanyakan kepada sejumlah 10.000 siswa.
Sekolah Menengah Atas (SMA), guru yang bagaimana yang paling mereka sukai dan
apa sebab mereka menyukainya. Alasan yang paling banyak di kemukakan, bersikap
ramah, bersahabat”, juga sering disebut alasan seperti “suka membantu dalam
pelajaran, riang gembira, mempunyai rasa humor, menghargai lelucon”.
Sifat-sifat yang dihargai murid-murid tersebut sesuai dengan gambaran guru yang
demokratis-integratif, ternyata guru yang paling disukai itu kebanyakan juga
termasuk guru yang terbaik dalam hal mengajar.
Pada umumnya guru yang disenangi ialah guru yang sering dimintai
nasehatnya, yang mau diajak bercakap-cakap dalam suasana yang menggembirakan,
tidak menunjukkan superioritasnya dalam pergaulan sehari-hari dengan murid,
selalu ramah, selalu berusaha memahami anak didiknya.
b.
Hubungan antara
hasil belajar murid dengan kelakuan guru
Untuk menilai efektifitas guru dalam mengajar dapat diminta
pendapat penilik sekolah, kepala sekolah, dan juga murid. Dapatkah penilaian
oleh murid dipercaya?
Dalam suatu penelitian ternyata bahwa pertambahan pengetahuan murid
dalam pelajaran rendah korelasinya terhadap pengaruh type guru yang disukai.
Ternyata type guru ini tidak efektif dalam menyampaikan ilmu. Walaupun
penelitian ini belum dapat dipercaya sepenuhnya, namun dapat memberi petunjuk
bahwa guru yang dianggap baik oleh anak tidak sebaik guru yang otoriter dalam
menambah pengetahuan murid dan menyelesaikan bahan yang ditentukan kurikulum.
c.
Kelakuan murid
berhubung dengan kelakuan guru
Jika mengamati kelakuan anak dalam kelas dan melihat hubungannya
dengan tindakan guru, tidak semua perbuatan anak diakibatkan perbuatan guru dan
kelakuan anak tidak selalu berhubungan dengan kelakuan guru. Kelakuan guru yang
sama mungkin berbeda pengaruhnya terhadap murid di Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah.
Dalam penelitian pada murid-murid SD bahwa tipe guru yang dominatif
tidak diindahkan murid. Sedangkan tipe guru yang integratif anak-anak lebih
berani dan bersedia untuk mengemukakan pendapatnya dan mau bekerjasama.
Berdasarkan studi tersebut dapat dikemukakan hipotesis yang
berikut:
·
Guru yang
dominatif dalam kelas akan menghadapi murid-murid yang tidak menunjukkan sikap
kerjasama
·
Murid-murid di
bawah pimpinan guru-guru yang dominatif juga akan bersikap dominatif terhadap
murid-murid lain
·
Guru-guru yang
integratif atau koperatif dalam hubungannya dengan murid akan menimbulkan sikap
kerjasama pada muridnya maupun dengan guru lainnya.
d.
Peranan guru
lainnya dalam masyarakat dan respons murid
Guru hendaknya mengenal masyarakat agar dapat berusaha menyesuaikan
pelajaran dengan keadaan masyarakat sehingga relevan. Guru-guru kita diharapkan
mnegabdi kepada masyarakat dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya
dan dengan demikian turut memberi sumbangannya kepada pembangunan negara.
Dimana saja guru berada, khususnya di desa, cukup kesempatan baginya untuk
berpartisipasi dan berbakti dalam masyarakat.
Siswa tidak begitu menghiraukan ada tidaknya partisipasi guru dalam
berbagai kegiatan masyarakat. Guru yang baik mereka menilai berdasarkan kemampuannya
mengajar, sikapnya terhadap murid akan tetapi tidak dikaitkan dengan banyaknya
kesibukan guru dalam masyarakat.
e.
Peranan guru
lainnya di Sekolah dan respons murid
Di Sekolah, guru dapat memegang berbagai peranan selain mengajar
yakni sebagai kepala sekolah, pembimbing OSIS, kordinator bidang studi, piket
dan lain-lain. Kepala Sekolah pada umumnya lebih dihormati dan disegani oleh
murid-murid, mungkin karena otoritasnya yang lebih besar, juga karena ia mempunyai
wewenang, pengalaman dan usia yang lebih senior.Dalam prestasi belajar anak tidak
ada pengaruh peranan tambahan yang dipegang oleh guru.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Peranan Guru dalam
situasi formal memiliki otoritas kekuasaan agar mampu mengendalikan, mengatur
dan mengontrol kelakuan siswa, otoritas kekuasaan yang dimaksud adalah Pertama memiliki kekuasaan koersif ,
Kedua Kekuasaan keahlian, Ketiga kekuasaan Informasi, Keempat
kekuasaan Rujukan, Kelima kekuasaan Legal.Begitu pula dalam menjalankan
peranannya guru harus memiliki kewibawaan yang mampu menjadi daya tarik bagi
murid dalam menyeraap transformasi ilmu sehingga prestasi belajar siswa akan
meningkat apalagi tugas dan fungsi Guru sebagai inovator, director, motivaator
dll sangat dibutuhkan tipe guru yang demokratis – integratif.
2.
Kepribadian
Guru adalah penyesuaian diri terhadap peranannya sebagai guru. Oleh karenanya
dibutuhkan kepribadian guru yang sehat dan dewasa
3.
Respon Murid
terhadap aktifitas guru selain mengajar tidak membawa pengaruh terhadap
prestasi belajar. Yang mampu menjadi daya tarik bagi siswa adalah guru yang
bersahabat atau guru yang demokratis-integraatif. Guru tipe tersebut akan mudah
bekerjasama dan cenderung tidak menimbulkan konflik.
[1] Mahmud, Sosiologi Pendidikan (Bandung:
Pustaka Setia, 2012), hlm 144
[2] S.Nasution, Sosiologi Pendidikan
(Jakarta:Bumi Aksara, 2011), hlm 91
[3] 1bid, hlm 95
[4] Ibid, hlm 98
[5] Mahmud, Psikologi Pendidikan (Bandung:
Pustaka Setia, 2010), hlm 366
[7] Mahmud, Sosiologi Pendidikan (Bandung:
Pustaka Setia, 2012), hal 142
[8] Mahmud, Psikologi Pendidikan (Bandung:
Pustaka Setia, 2010), hlm 293-294
[9] S. Nasution, Sosiologi Pendidikan (Jakarta:
Bumi Aksara, 2011), hlm 93
[10] Balnadi
Sutadipura, Kompetensi Guru dan
Kesehatan Mental, (Bandung: CV.Angkasa, 2012), hlm 42-43
[11] S. Nasution, Sosiologi Pendidikan (Jakarta:
Bumi Aksara, 2011), hlm 115-118
[12] Mahmud, Psikologi Pendidikan (Bandung:
Pustaka Setia, 2010), hlm 366
[13] Ibid, hlm 367-369
[14] S.
Nasution, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm 103-104
Tidak ada komentar:
Posting Komentar