Sabtu, 05 Desember 2015

PERKEMBANGAN MANUSIA PERSPEKTIF PSIKOLOGI PERKEMBANGAN




PSIKOLOGI GENDER
PERSPEKTIF PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

A.      Perkembangan Masa Bayi (usia 0-2 tahun)
1.      Perkembangan Fisik
Pada saat dilahirkan panjang rata-rata bayi adalah 20 inchi atau 50 cm dengan berat badan 3,4 kg. dibandingkan dengan ukuran tubuh orang dewasa, panjang lebih dekat dari beratnya: panjang bayi yang 20 inci menunjukkan lebih dari seperempat  tinggi orang dewasa, sedangkan 3,4 kg beratnya menunjukkan hanya bagian kecil dari berat badan orang dewasa (seifert & hoffnung, 1994). [1]
Sedangkan  Bayi yang baru lahir kehilangan 5-7% berat tubuh meraka, segera setelah bayi menyesuaikan diri dangan mengisap, menelan dan mencerna mereka bertumbuh cepat dan memperoleh berat kira-kira 5-6 ons per minggunya selama bulan pertama pada bulan ke empat berat badan mereka naik mencapai hampir tiga kali lipat dari berat mereka ketika hari pertama kelahiran.
a.      Perkembangan Refleks
Pada masa bayi, terlihat gerakan-gerakan spontan, yang di sebut reflex. refleks adalah gerakan –gerakan bayi yang bersifat otomatis dan tidak terakodinir sebagai reaksi terhadap rangsangan tertentu serta memberi bayi respons penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Sifat-sifat refleks itu meliputi:
Refleks mengisap; terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis mengisap benda yang ditempatkan di mulut mereka.
Refleks mencari; terjadi ketika bayi itu disentuh pipinya maka ia akan memalingkan kepala ke arah benda yang menyentuhnya.
Refleks moro; adalah suatu respon tiba-tiba pada bayi yang baru lahir akibat suara atau gerakan yang mengejutkannya. Bayi tersebut akan melengkungkan punggungnya, melemparkan kepalanya ke belakang dan merentangkan lengan dan kakinya.
Refleks menggenggam; yang terjadi ketika sesuatu menyentuh telapak tangan bayi. Bayi merespon dengan cara menggenggam kuat.
b.      Rangkaian tingkah laku dan keadaan bayi
perkembangan refleks dan fungsi motorik pada bayi kemudian memunculkan serangkaian tingkah  laku yang lebih kompleks. dengan tingkah laku tersebut telah memungkinkan bayi sebagai makhluk biologis dapat bertahan hidup. menurut Lerner & Hultsch (1983), tingkah laku tersebut meliputi :  pola tidur dan pola bangun, tingkah laku teoileting dan tingkah laku makan dan minum.[2]
c.       Perkembangan keterampilan motorik
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak.Semakin matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot m,emungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua:
1)      Keterampilan motorik kasar meliputi kegiatan otot-otot besar seperti menggerakkan lengan dan berjalan.
2)      Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi meliputi gerakan-gerakan menyesuaikan secara lebih halus, seperti ketangakasan jari.
Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.[3]
Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak factor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak dan juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun berhubungan dengan aspek psikologis anak.
d.      Perkembangan sensori
Bayi yang baru lahir telah dilengkapi dengan peralatan yang dirancang sedemikian rupa untuk mengumpulkan informasi. alat-alat yang berfungsi untuk untuk menangkap informasi inilah yang disebut dengan indra (sense) atau sistem sensorik.jadi, semua informasi yang datang kepada bayi adalah melalui indra. tanpa penglihatan, pendengaran, sentuhan, kecapan, ciuman dan indra lain otak bayi akan terkucil dari dunia: bayi akan hidup dalam kebisuan, kegelapan, tanpa rasa, tanpa warna dan kehampaan yang kekal.
Dengan demikian, indra-indra berfungsi mendeteksi, menstranduksi dan meneruskan semua informasi yang datang padanya. setiap indra mempunyai satu unsur deteksi yang disebut sebagai reseptor (penerima) yaitu satu sel yang khusus yang hanya memberikan respons terhadap jenis rangsangan yang tertentu saja (Davidoff, 1988). sensasi (pengindraan) terjadi jika sekumpulan informasi mengadakkan kontak dengan penerima sensor, seperti mata, telinga, lidah hidung dan kulit.[4]
e.       Perkembangan otak
Pada waktu bayi masih berada dalam kandungan ibunya, badannya telah membentuk sekitar 1.5 milyar sel-sel saraf per menit. jadi pada saat dilahirkan bayi kemungkinan telah memiliki semua sel-sel otak yang akan dimilikinya sepanjang hidupnya. akan tetapi, sel-sel otak tersebut belum matang dan jaringan urat saraf masih lemah. oleh sebab itu, segera setelah lahir hingga usia 2 tahun, sel-sel otak yang belum matang dan jaringan urat saraf yang masih lemah ituterus tumbuh dengan cepat dan dramatis mencapai kematangan.[5]
2.      Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologi yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
a.      Perkembanngan kognitif menurut pandangan piaget
Dalam pandangan Piaget tahap-tahap perkembangan pemikiran dibedakan atas empat tahap, yaitu tahap pemikiran sensorik-motorik, praoperasional, operasional-konktret, operasional formal.
Pemikiran bayi termasuk kedalam pemikiran sensorik motorik, tahap sensorik motorik belangsung ari kelahiran hingga kira-kira berumur 2 tahun. Selama tahap ini berkembangan mental di tandai dengan perkembangan pesat dengan kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik dalam hal ini bayi yang baru lahir bukan saja menerima secara pasif rangsangan-rangsangan terhadap alat-alat inderanya, melainkan juga aktif memberikan respons terhadap rangsangan tersebut, yakni melalui gerak-gerak refleks. Pada akhir tahap ini ketika anak berusia 2 tahun, pola-pola sensorik motoriknya semakin komplek dan mulai mengadopsi suatu sistem simbol yang primitive. Misalnya, anak usia 2 tahun dapat membayangkan sebuah mainan dan memanipulasinya dengan tangannya sebelum mainan tersebut benar-benar ada.
b.      Perkembangan kognitif menurut pandangan kontemporer
Pandangan-pandangan kontemporer tentang perkembangan kognitif mendapapat sokongan yang penting dalam para pakar psikologi pemrosesan informasi. kalau piaget meyakini bahwa perkembangan kognitif bayi baru tercapai pada pertengahan tahun kedua, maka para pakar psikoogi pemrosesan informasi percaya bahwa perkembangan kognitif seperti kemampuan dalam memberikan perhatian, menciptakan simbolisasi, meniru dan kemampuan konseptual telah dimiliki bayi lebih awal.[6]
c.       Perkembangan persepsi
Secara singkat, perkembangan persepsi yang diyakini oleh para peneliti ialah bahwa bayi-bayi melihat benda berdiri sendiri, satu, kokoh dan terpisah dari lingkungan sekitarnya, ada kemungkinan hal ini terjadi pada saat lahir atau segera sesudahnya, tetapi secara pasti hal ini terjadi pada usia 3 hingga 4 bulan. Bayi-bayi kecil masih harus belajar banyak tetapi dunia sekitarnya tampak stabil dan teratur bagi mereka dan oleh karena itu, dunia sekitar mereka dapat mereka “rumuskan“.
d.      Perkembangan konsepsi
Penelitian baru-baru ini tentang perkembangan persepsi dan konsepsi bayi menunjukkan bahwa bayi mempunyai kemampuan persepsi yang lebih canggih dan dapat memulai berpikir jauh lebih awal dibandingkan dengan apa yang dibayangkan oleh Piaget.
e.       Perkembangan memori
Memori (memory) ialah unsur pusat perkembangan kognitif yang memuat seluruh informasi yang di dalamnya individu menyimpan informasi yang ia terima sepanjang waktu. Kadang-kadang informasi hanya disimpan beberapa detik, dan pada kesempatan lain informasì disimpan seumur hidup. Memori digunakan ketika kita mencari dan mengingat. Baru-baru ini para peneliti perkembangan anak telah memperlihatkan bayi usia 3 bulan telah memiliki kemampuan menyimpan memori (Grunwald, dkk, 1993). Menurut Rovve-Collier, bahkan memori bayi yang berusia 2,5 bulan telah terinci secara luar biasa.
f.        Perkembangan bahasa
Semua manusia yang normal dapat menguasai bahasa, sebab sejak lahir manusia telah memiliki kemampuan dan kesiapan untuk mempelajari bahasa dengan sendirinya.hal ini terlihat bahwa manusia tidak memerlukan banyak usaha untuk mampu berbicara. kemampuan dan kesiapan belajar bahasa manusia ini segera mengalami perkembangan setelah kelahirannya. bahkan menurut Havighurst (1984), kemampuan menguasai bahasa dalam arti belajar membuat suara-suara yang berarti berhubungan dengan orang lain melalui penggunaan suara-suara itu.[7]
3.      Perkembangan Psikososial
Perkembangan psikososial berhubungan dengan perubahan-perubahan perasaan atau emosi serta perubahan bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. sebagimana telah dijelaskan diatas, masa bayi adalah masa dimana anak-anak mulai berjalan, berpikir, berbicara dan merasakan sesuatu.
a.      Perkembangan Emosi
Emosi yaitu respon yang timbul dari stimulus yang menyebabkan perubahan-perubahan fisiologis disertai dengan perasaan kuat. Bayi mengekspresikan sebagian emosi jauh lebih awal dibandingkan dengan beberapa emosi lain, lalu mengekspresikan dengan rinci dua perilaku ekspresif emosional yang penting. yaitu menangis dan tersenyum.
Menurut Erik Erikson (1968), pada tahun pertama (bayi usia 1-2 bulan) kehidupan ditandai dengan adanya tahap perkembangan rasa percaya dan rasa tidak percaya.
Erikson meyakini bayi dapat mempelajari rasa percaya apabila mereka diasuh dengan cara yang konsisten. Rasa tidak percaya dapat muncul apabila bayi tidak mendapatkan perlakuan yang baik. Gagasannya tersebut banyak persamaanya dengan konsep Ainsworth tentang keterikatan yang aman ( secure attachment).
Rasa percaya dan tidak percaya tidak muncul hanya pada tahun pertama kehidupan saja.Tetapi rasa tersebut muncul lagi pada tahap perkembangan selanjutnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat anak-anak memasuki sekolah dengan rasa percaya dan tidak percaya dapat mempercayai guru tertentu yang banyak memberikan waktu baginya sehingga membuatnya sebagai orang yang dapat dipercayai. Pada kesempatan kedua ini , anak mengatasi rasa tidak percaya sebalumnya. Sebaliknya, anak-anak yang meninggalkan masa bayi dengan rasa percaya pasti pada tahap selanjutnya masih dapat memiliki rasa tidak percaya, yang mungkin terjadi karena adanya konflik atau perceraian kedua orang tuanya. Erikson menekankan bahwa tahun kedua kehidupan ditandai oleh tahap otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu
b.      Perkembangan temperamen
Temperamen merupakan salah suatu dimensi psikologis yang berhubungan dengan aktivitas fisik dan emosional serta merespons. Secara sederhana,Goleman merumuskan temperamen sebagai “The moods that typify our emotional life”. Jelasnya temperamen adalah perbedaan kualitas dan intensitas respons emosional serta pengaturan diri yang memunculkan perilaku individual yang terlihat sejak lahir, yang relative stabil dan menetap dari waktu ke waktu dan pada semua situasi, yang dipengaruhi oleh interaksi antara pembawaan, kematangan, dan pengalaman.
Sejak lahir, bayi memperlihatkan berbagai aktivitas individual yang berbeda-beda. Beberapa bayi sangat aktif menggerakkan tangan, kaki, dan mulutnya tanpa henti-hentinya, tetapi bayi yang lain terlihat lebih tenang. Sebagian bayi merespons dengan hangat kepada orang lain, sementara yang lain cerewet, rewel dan susah diatur. Semua gaya perilaku ini merupakan temperamen seorang bayi.
Kebanyakan peneliti mengakui adanya perbedaan dalam kecenderungan reaksi utama, seperti kepekaan terhadap rangsangan visual atau verbal, respons emosional, dan keramahan dari bayi yang baru lahir. Peneliti Alexander Tomas dan Stella Chess misalnya, memperlihatkan adanya perbedaan dalam tingkatan aktivitas bayi, keteraturan dari fungsi jasmani (makan, tidur, dan buang air), pendekatan terhadap stimuli dan situasi baru. Kemampuan beradaptasi dengan situasi dan orang-orang baru, reaksi emosional, kepekaan terhadap rangsangan, kualitas suasana hati, dan jangkauan perhatian.[8]
c.       Perkembangan otonomi
Menurut Chaplin (2002), otonomi adalah kebebasan individu manusia untuk memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan menentukan dirinya sendiri.  Menurut Erikson,. Pada tahap ini, bayi tidak hanya dapat berjalan, tetapi mereka juga dapat memanjat, membuka dan menutup , menjatukan, menolak dan menarik, memegang otonomi atau kemandirian merupakan tahap ke dua perkembangan psikososial yang berlangsung pada akhir masa bayi dan masa baru pandai berjalan. Otonomi dibangun di atas perkembangan kemampuan mental dan kemampuan motorikdan melepaskan. Bayi merasa bangga dengan prestasi ini dan ingin melakukan segala sesuatu sendiri. Selanjtnya mereka juga dapat belajar mengendalikan otot mereka dan dorongan keinginan diri mereka sendiri.[9]
Dengan demikian, setelah memperoleh  kepercayaan dari pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan rasa mandiri atau otonomi mereka. Mereka menyadari kemauan mereka.  Pada tahap ini bila orang tua selalu memberikan dorongan kepada anak agar dapat berdiri di atas dua kaki mereka sendiri, sambil melatih kemampuan-kemampuan mereka, maka anak akan mampu mengembangkan pengendalian atas otot, dorongan,  lingkungan dan diri sendiri (otonom).
Sebaliknya, jika orang tua cenderung menuntut terlalu banyak atau terlalu membatasi hak untuk menyelidiki lingkungannya, maka anak akan mengembangkan suatu rasa malu dan ragu-ragu yang berlebihan tentang kemampuan mereka untuk mengendalikan diri mereka sendiri dan dunia mereka.
Erikson yakin tahap otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu memiliki implikasi yang penting bagi perkembangan kemandirian dan identitas selama remaja. Perkembangan otonomi selama tahun-tahun balita memberi  remaja dorongan untuk menjadi individu yang mandiri , yang dapat memiliki dan menentukan  masa depa mereka sendiri. Meskipun demikian menurut Santrock (1995), terlalu banyak otonomi sama bahayanya dengan terlalu sedikit otonomi. Pada tahap ini jika bayi mempercayai pengasuhnya, mereka akan menegaskan independensi dan menyadari kehendaknya sendiri. Jika bayi terlalu banyak dibatasi, mereka akan mengembangkan sikap malu dan ragu. Tahap ini berlangsung ketika bayi berusia sekitar 1-2 tahun.[10
B.       Perkembangan Masa  Anak-anak
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Otago, di Dunedin New Zeland pada 1000 anak-anak yang diteliti selama 23 tahun dan diamati kepribadiannya, dan diteliti kembali pada usia 18 dan 21 tahun, dan kemudian ketika mereka berusia 26 tahun. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak-anak yang ketika usia 3 tahun telah diagnosa sebagai uncontrollable toddlers (anak yang sulit diatur, pemarah dan pembangkang), ternyata ketika usia 18 tahun menjadi remaja yang bermasalah, agresif, dan mempunyai masalah pergaulan. Pada usia 21 tahun mereka sulit membina hubungan sosial dengan orang lain dan ada yang terlibat dalam tindakan kriminal. Begitu pula sebaliknya anak-anak usia 3 tahun yang sehat jiwanya, ternyata setelah dewasa menjadi orang—orang yang berhasil dan sehat jiwanya[11]
Masa anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh dengan ketergantungan, yakni kira-kira usia 2 -13 tahun. Sejumlah ahli membagi masa anak-anak menjadi dua, yaitu masa anak-anak awal  dan masa anak-anak akhir. Masa anak-anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, dan masa anak-anak akhir dari usia  6 tahun sampai anak matang secara seksual[12]
C.      Perkembangan Masa Anak-anak Awal (umur 2-6 tahun)
a.      Perkembangan Fisik
Perkembangan masa anak-anak awal atau sering disebut dengan masa prasekolah, yakni usia 2-6 tahun[13] Selama masa anak-anak awal, pertmbuhan fisik berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan selama masa bayi. Pertumbuhan fisik yang lambat dipengaruhi oleh asupan gizi yang kurang memadai maupun imunisasi yang tidak teratur.[14]
Mussen, conger & Kagan dalam Samsunuwiyati (2013:128) menyatakan:
Tinggi rata-rata anak bertumbuh 2,5 inci dan berat bertambah antara 2,5 hingg 3,5 kg setiap tahunnya. Pada usia 3 tahun, tinggi anak sekitar 38 inci dan beratnya sekitar 16,5 kg. Pada usia 5 tahun, tinggi anak mencapai 43,6 inci dan beratnya 21,5 kg.

Ketika anak usia prasekolah bertumbuh makin besar, persentase pertumbuhan dalam tinggi dan berat berkurang setiap tahun. Selama masa ini baik laki-laki maupun perempuan terlihat makin langsing sementara batang tubuh mereka makin panjang.
Pertumbuhan otak dan perkembangan sistem saraf berkelanjutan terjadi pada awal masa anak-anak. Pada usia 2 tahun, ukuran otaknya rata-rata 75% dari otaknya orang dewasa dan pada usia 5 tahun ukuran otaknya telah mencapai sekitar 90% otak orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat saraf yang berujung di dalam dan di antara daerah-daerah otak serta pertambahan myelination, yaitu suatu proses di mana sel-sel urat saraf ditutup dan disekat dengan lapisan sel-sel lemak. Beberapa ahli psikologi perkembangan percaya bahwa  myelination adalah penting dalam pematangan sejumlah kemampuan anak karena proses ini berdampak pada peningkatan kecepatan informasi[15].
Hasil riset otak mutakhir bahwa pada masa 3 tahun pertama adalah membangun fondasi struktur otak yang berdampak permanen. Ketika anak dilahirkan ada 100 milyar neuron dan 50 triliun  synapse, dan selanjutnya ada 1000 triliun synapse yang dibentuk. Synapse akan menetap bila membentuk sirkuit aktif  atau sering berfungsi, sedangkan sirkuit fungsional dibentuk melalui stimulasi yang konsisten, teratur berulang dan tuntas (selesai). Peran aktif pengasuh sangat penting untuk menstimulasi pengalaman anak yakni mengulang aktivitas yang sama dan mengeksplorasi hal-hal baru.[16]
Yang menentukan kecerdasan adalah jumlah interkoneksi (hubungan antar sel syaraf) bukan jumlah sel otak ataupun ukurannya. Maxwell Malt seorang peneliti asal Amerika dalam Ratna Megawangi (2008:9) mengatakan: “Jika manusia dapat mengaktifkan sekitar 7% dari sel otaknya, maka gambaran kecerdasan orang itu adalah bisa menguasai 12 bahasa dunia, memiliki 5 gelar kesarjanaan dan hafal ensiklopedi lembar demi lembar”. Adapun makanan otak hanya ada empat yaitu:
1.      Oxygen : Otak dapat bekerja secara optimal dengan latihan fisik
2.      Nutrition: Menyuplai energi untuk otak seperti: DHA, Asam Folat, zat besi dll
3.      Love: Otak dapat bertahan dan tumbuh (sistem syaraf mental)
4.      Information: menjadikan otak tumbuh dan berkembang.

Perkembangan fisik anak ditandai dengan berkembangnya ketrampilan motorik, baik kasar maupun halus. Usia 3 tahun anak sudah bisa berjalan dengan baik, usia 4 tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa, dan usia 5 tahun anak sudah terampil menggunakan kakinya untuk berjalan dengan berbagai cara, seperti maju-mundur, berlari, melompat dll, begitu juga mereka dapat melakukan tindakan tertentu secara akurat seperti menangkap bola, menggunting, menggambar dll.

b.      Perkembangan Kognitif
Dengan meningkatnya kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan karena bertambah besarnya kordinasi dan pengendalian motorik yang disertai dengan meningkatnya kemampuan bertanya dengan menggunakan kata-kata yang dimengerti orang lain, maka dunia kognitif anak berkembang pesat, makin kreatif, bebas dan imajinatif. Peningkatan pengertian anak tentang orang, benda dan situasi baru diasosiasikan dengan arti-arti yang telah dipelajari selama masa bayi.
Ø  Teori Piaget
Dalam teori perkembangan kognitif,  Piaget menjelaskan, bahwa  masa anak-anak awal dinamakan tahap praoperasional (praoperational stage), yakni menunjukkan keterbatasan anak pada aktivitas mental yang memungkinkan anak memikirkan pengalaman-pengalaman yang dialaminya. Pemikiran Praoperasional dibagi ke dalam dua subtahap, yaitu subtahap prakonseptual dan subtahap pemikiran intuitif[17]
Subtahap prakonseptual disebut juga dengan pemikiran simbolik (symbolic though) terjadi pada anak usia 2-4 tahun dengan karakteristik utama ditandai dengan munculnya sistem-sistem lambang atau simbol misalnya menggambarkan pisau yang terbuat dari plastik adalah sesuatu yang nyata, mewakili pisau yang sesungguhnya. Kata pisau sendiri bisa mewakili sesuatu yang abstrak seperti dari bentuk atau tajamnya. Sedangkan tulisan “pisau” akan memberikan tanggapan tertentu.
Kemunculan fungsi simbolis ditunjukkan dengan perkembangan bahasa yang cepat, permainan imajinatif dan peningkatan dalam peniruan. Perkembangan bahasa dalam fase prakonseptual dianggap sebagai hasil perkembangan simbolisasi. Ketika simbol penggunaan bahasa dimulai , maka terjadi peningkatan dalam kemampuan memecahkan masalah dan belajar dari kata-kata lain.
Subtahap Intuitif terjadi pada anak usia 4-7 tahun. Pada tahapan ini simbol-simbol anak meningkat kompleks, namun proses penalaran dan pemikirannya masih mempunyai ciri-ciri keterbatasan tertentu dan karakteristik lain adalah pemusatan perhatian pada satu dimensi dan mengesampingkan dimensi yang lain (centration).
Serangkaian pertanyaan yang diajukan anak, menunjukkan perkembangan mentalnya dan mencerminkan rasa keingintahuan intelektual, serta menandai munculnya minat anak-anak dalam penalaran.
Pengetahuan anak akan dibangun (Constructivism) melalui pengalaman/ action konkrit. Setiap pengalaman baru akan membangun pengetahuannya melalui proses asimilasi, yakni mengetahui sesuatu karena sudah ada pengalaman sebelumnya dan proses akomodasi, yakni proses memodifikasi apa yang diketahui sebelumnya karena menghadapi fenomena baru[18].
Ø  Perkembangan Persepsi

Pada periode prasekolah, penglihatan merupakan sumber informasi penting mengalami peningkatan. Persepsi visual ini terjadi melalui dua cara/bentuk. Pertama Diskriminasi visual (visual discrimination), yaitu kemampuan untuk melihat perbedaan-perbedaan terhadap yang mereka lihat. Kedua, Integrasi visual (visual integration), yaitu kemampuan untuk mengkordinasikan beberapa penglihatan dengan tindakan-tindakan fisik secara tepat namun dengan keterbatasan[19]. Contohnya, untuk berkomentar tentang lukisannya maka anak akan berhenti sejenak dari pekerjaannya karena tidak dapat melakukan pekerjaan sambil berbicara.
Pada tahapan ini pendengaran anak prasekolah lebih cepat dari persepsi visualnya, pada usia 2-3 tahun ketajaman pendengaran anak pada umumnya telah berkembang sangat baik, mampu mendengarkan suara kecil atau lunak seperti halnya orang dewasa.
Ø  Perkembangan Memori
Mengukur memori anak-anak lebih mudah dibandingkan dengan bayi, karena anak-anak telah dapat memberikan reaksi secara verbal namun masih kesulitan memahami perintah-perintah dalam pelaksanaan tugas. Dalam memori jangka pendek (short-term memory), kekuatan anak menyimpan informasi selama 15 hingga 30 detik, dengan asumsi tidak ada latihan atau pengulangan. Memori  rekognisi (recognition), yakni suatu kesadaran bahwa suatu objek itu sudah dikenalnya atau sudah dipelajarinya pada masa lalu. Anak usia 4 tahun mencapai ketepatan 75% dari waktunya dalam merekognisi gambar-gambar yang telah diperlihatkan satu minggu sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak memiliki memori rekognisi yang baik sekalipun telah mengalami penundaan untuk jangka waktu yang lama. [20]
Ø  Perkembangan Atensi
Atensi (attention) merupakan sebuah konsep multidimensional yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan ciri-ciri dan cara-cara merespons dalam sistem kognitif. Atensi pada anak telah berkembang sejak masa bayi. Aspek –aspek atensi yang berkembang  pada masa bayi ini memiliki arti yang sangat penting selama tahun-tahun prasekolah. Hilangnya atensi (habituation) dan pulihnya atensi (dishabituation) bila diukur pada 6 bulan pertama masa bayi, berkaitan dengan tingginya kecerdasan pada tahun-tahun prasekolah
Ø  Perkembangan Bahasa
Pada fase prakonseptual, pemikiran  simbolis anak-anak mengalami perkembangan bahasa yang pesat. Penguasaan kosa kata anak juga meningkat pesat. Anak mengucapkan kalimat yang makin panjang dan makin bagus. Schaerlaekens dalam  Mar’at (2013:139) mengatakan bahwa membedakan  perkembangan bahasa pada masa anak-anak ada tiga, yaitu periode pra-lingual (kalimat satu kata), periode lingual awal (kalimat dua kata) dari 1 hingga 2,5 tahun, dan periode differensiasi (kalimat tiga kata dengan bertambahnya diferensiasi pada kelompok kata dan kecapan verbal) 
c.       Perkembangan Psikososial
Masa awal anak-anak ditandai dengan perkembangan psikososial yang cukup pesat disamping perkembangan fisik dan kognitif  di antaranya permainan, hubungan dengan orang lain dan perkembangan moral.
Permainan merupakan bentuk aktivitas sosial yang dominan pada awal masa anak-anak. Hetherington & Parke dalam Mar’at (2013:141) mendefinisikan: “Permainan bagi anak-anak adalah suatu bentuk aktivitas yang menyenangkan yang dilakukan semata-mata untuk aktivitas sendiri, bukan karena ingin memperoleh sesuatu yang dihasilkaan dari aktivitas tersebut”. Permainan memiliki tiga fungsi utama yaitu:
Ø  Fungsi Kognitif Permainan, membantu perkembangan kognitif anak sehingga dapat menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek di sekitarnya dan belajar memecahkan masalah yang dihadapinya.
Ø  Fungsi Sosial Permainan, dapat meningkatkan perkembangan sosial anak khususnya dalam permainan fantasi (bermain peran) anak belajar memahami orang lain.
Ø  Fungsi Emosi Permainan, memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian dari masalah emosionalnya, belajar mengatasi kegelisahan dan konflik batin.
Menurut pakar teori kognitif mengidentifikasi 4 macam permainan yang berkembang sejalan dengan tahap-tahap perkembangan kognitif yaitu:
1.      Permainan Fungsional (functional play), yakni gerakan yang diulang-ulang seperti anak berlari-lari di sekitar arena permainan tanpa suatu alasan yang jelas kecuali hanya karena kesenangan berlari semata.
2.      Permainan Konstruktif (constructive play), bentuk permainan yang menggunakan objek-objek fisik untuk membangun atau membuat sesuatu.
3.      Permainan Dramatik (dramatic play), bentuk permainan yang dilakukan secara berpura-pura (bermain peran)
4.      Permainan dengan aturan (games with play), Permainan dengan aturan  dan sering kali berkompetisi dengan satu atau lebih.

Ø  Perkembangan Hubungan dengan orangtua

Pada masa prasekolah  hubungan orangtua atau pengasuhnya merupakan dasar bagi perkembangan emosional  dan sosial anak. Salah satu aspek penting dalam hubungan orangtua dan anak adalah gaya /pola pengasuhan, yakni cara pengasuh dalam memberikan asuhan kepada anak meliputi: (1)pola asuh makan, (2) pola asuh afeksi, (3) pola asuh disipin, (4) pola asuh sosial dan (5) pola asuh rangsangan mental.
Pengasuhan menurut D. Baumrind dalam Ratna Megawangi (2008: 15) terbagi menjadi tiga yaitu autoritarian, permissive dan autoritatif.
1.      Autoritarian (otoriter), Orangtua membuat semua keputusan, kaku, anak harus patuh dan tidak boleh bertanya sehingga anak kehilangan kebebasan dan kemandirian untuk bertingkah laku karena aturan yang tidak fleksibel
2.      Permissive (permisif), Anak diberi kebebasan penuh untuk mengungkapkan keinginan dan kemauannyaserta diberi kebebasan untuk memilih.
3.      Autoritatif (demokrasi), orangtua menjelaskan tuntutannya kepada anak, responsif terhadap anak, menyusun standar yang jelas, mengawasi dan mengarahkan tingkah laku.
Ø  Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya.
Perkembangan psikososial dan kepribadian sejak usia prasekolah hingga akhir masa sekolah ditandai oleh semakin meluasnya pergaulan sosial, terutama dengan teman sebaya. Teman sebaya (peer) sebagai sebuah kelompok sosial sering didefinisikan sebagai semua orang yang memiliki kesamaan sosial atau yang memiliki kesamaan ciri-ciri seperti kesamaan tingkat usia.[21] 
Hubungan sosial dengan teman sebaya memiliki arti sangat penting bagi perkembangan pribadi anak. Fungsi kelompok teman sebaya yang paling penting adalah menyediakan suatu sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga. Anak-anak menerima umpan balik tentang kemampuan-kemampuan mereka dari kelompok teman sebaya. Anak-anak mengevaluasi apakah yang mereka lakukan lebih baik, sama atau lebih jelek dari anak-anak lain. Orang lain dijadikan tolok ukur untuk membandingkan dirinya. Proses perbandingan sosial ini merupakan dasar dari pembentukan rasa harga diri dan gambaran diri anak.
Ø  Perkembangan Moral
Seiring dengan perkembangan sosial, anak-anak usia prasekolah juga mengalami perkembangan moral. Santrock dalam Mar’at (2013:149) menjelaskan bahwa  “perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan atauran dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain”. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral, tetapi dalam dirinya  terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan.
Perkembangan moral anak-anak prasekolah dibagi dua fase yaitu: 1). fase berfikir egosentris (self-oriented Moralit)), 2). fase patuh tanpa syarat (authority-oriented morality).[22]
1)        Fase Berfikir Egosentris
Lickona mengatakan fase ini berkisar pada usia 4 tahun, sedangkan Kohlberg bisa bermula dari 1-5 tahun yang disebut masa pre-conventional morality, yaitu tahapan reward and punihment (hadiah dan hukuman). Menurut Erikson anak pada usia 1-3 tahun adalah masa pembentukan autonomy versus shame and doubt (kemandirian lawan malu dan keraguan). Pada masa ini anak mau berbuat baik kalau ada insentif (hadiah atau pujian), dan takut mendapatkan hukuman kalau bersalah. Anak yang terlalu banyak dilarang dan dimarahi tidak akan terbentuk rasa kemandiriannya, sehingga anak menjadi pemalu dan tidak percaya diri. menghadapi anak ini adalah dengan memberi arahan lembut dan tegas dan memberikan alasan yang jelas mengapa sebuah perbuatan dilarang dilakukan.
2)        Fase Patuh Tanpa Syarat (authority- oriented morality)
Menurut Brofenbenner fase ini disebut authority- oriented morality (moralitas berdasarkan figur otoritas), yaitu anak percaya sekali kepada definisi baik dan buruk menurut figur otoritas, seperti orangtua dan guru. Menurut Thomas Lickona, fase ini berkisar antara usia 4,5 -6 tahun. Yang disebut fase patuh tanpa syarat. Anak-anak pada usia ini lebih mudah menurut dan di ajak kerja sama, sehingga mereka mudah mengerjakan perintah orangtua dan guru. Pada masa ini Erikson menyebutnya sebagai fase iniative versus guilt (inisiatif lawan rasa bersalah). Mereka harus diberi kesempatan untuk memilih dan menyalurkan kreativitasnya. Mereka dapat diberikan tanggungjawab atas perilakunya, mainan serta hewan peliharaannya.
Pada usia berikutnya (6,5-8 tahun), Thomas Lickona mengatakan bahwa ada perbedaan ciri perkembangan moral pada tahap sebelumnya (4,5-6 tahun). Mereka berbuat baik masih dalam tahap egosentris, yaitu untuk kepentingan pribadi dan membalas kebaikan kepada yang berbuat baik kepadanya.

D.      Perkembangan Masa  Pertengahan dan Akhir Anak-anak
Masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan kelanjutan dalam masa awal anak-anak. Periode ini berlangsung dari usia 6 tahun hingga tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Permulaan periode ini  ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu sekolah dasar yang membawa perubahan besar dalam pola kehidupannya seperti terjadinya perubahan dalam sikap, nilai dan perilaku.[23]
a.      Perkembangan Fisik
Sampai dengan usia 6 tahun terlihat badan anak bagian atas berkembang lebih lambat daripada bagian bawah. Selama masa akhir anak-anak, tinggi bertumbuh sekitar 5 hingga 6% dan berat badan bertambah sekitar 10% setiap tahun. Pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak daripada panjang badannya.
Pertumbuhan fisik selama masa ini memberikan kemampuan pada anak-anak untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas baru, tetapi juga dapat menimbulkan permasalahan-permasalan dan kesulitan-kesulitan secara fisik dan psikologi bagi mereka. Pada usia 7-10 tahun koordinasi motorik halus anak berkembang. Pada usia 10-12  tahun mereka memperlihatkan gerakan-gerakan yang kompleks, rumit dan cepat untuk menghasilkan karya yang kerajinan yang bermutu bagus.
b.      Perkembangan Kognitif
Menurut teori kognitif Piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah dasar disebut pemikiran operasional konkrit (concrete operational thought). Yang dimaksud dengan operasi adalah hubungan-hubungan logis di antara konsep-konsep atau skema-skema . sedangkan operasi konkrit adalah aktifitas mental yang yang difokuskan pada objek-objek yang nyata atau konkrit dapat diukur.
Johnson & Medinnus dalam Mar’at (2013:156) berpendapat bahwa Anak-anaak pada masa konkrit operasional ini telah mampu menyadari konservasi, yakni kemampuan anak untuk berhubungan dengan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak karena pada masa ini anak telah mengembangkan tiga macam proses yang disebut dengan operasi: negasi/ negation  (anak memahami proses apa yang terjadi di antara kegiatan itu dan memahami hubungan-hubungan antara keduanya), resiprokasi (hubungan timbal balik) dan identitas (sudah bisa mengenal satu persatu benda-benda yang ada pada deretan-deretan itu).
Istilah Emotional Intellegence yang dipopulerkan oleh Daniel Goleman berdasarkan hasil penelitian tentang neurolog dan psikolog yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosional sama pentingnya  dengan kecerdasan intelektual. Goleman berkesimpulan bahwa manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional[24].
Dengan berkembangnya teknologi pencitraan otak / brain imaging (sebuah teknologi yang kini membantu para ilmuwan dalam memetakan hati manusia) semakin memperkuat keyakinan bahwa otak memiliki bagian rasional dan emosional yang saling bergantung.
Kecerdaasan emosional merujuk pada kemampuan perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda tetapi saling melengkapi dengan kecerdasan akademik yaitu kemampuan –kemampuaan kognitif murni yang diukur dengan IQ. Banyak oarang cerdas (IQ) tetapi tidak mempunyai kecerdasan emosi, sehingga dalam bekerja ia menjadi bawahan orang yang ber IQ  lebih rendah tetapi unggul dalam ketrampilan kecerdasan emosi.
c.       Perkembangan Psikososial
Pada masa ini mereka mulai sekolah dan mereka sudah mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan manusia serta mulai mempelajari berbagai ketrampilan praktis. Relasi dengan keluarga dan teman sebaya terus memainkan peranan penting. Sekolah dan relasi relasi dengan para guru  menjadi aspek kehidupan anak yang semakin terstruktur. Pemahaman anak terhadap diri (self) berkembang dan perubahan-perubahan gender dan perkembangan moral menandai perkembangan anak.
Erikson berpendapat bahwa pada masa usia ini (6 tahun sampai pubertas awal) anak berada pada tahap industry versus inferiority. Kalau pada tahapan sebelumnya anak akan merasa gembira dapat berinisiatif untuk memulai sesuatu, pada tahapan perkembangan selanjutnya adalah anak merasa puas kalau telah selesai mengerjakan sesuatu. Erikson mengingatkan bahwa usia ini adalah usia yang paling genting karena apabila orangtua atau guru tidak dapat menanamkan sense of industry (rasa mampu untuk melakukan tugas), anak akan menjadi rendah diri (inferior) yang akan terbawa sampai usia dewasa.[25]
Thomas Lickona mengatakan masa ini bisa berlangsung pada usia 8,5 sampai 14 tahun dan akan mengalami  Fase Memenuhi Harapan Lingkungan (Peer- oriented Morality)
Jika pada fase sebelumnya kebenaran ditentukan oleh figur otoritas, pada tahap ini menurut Bronfenbrenner ditentukan oleh lingkungan sebayanya (peer group). Anak-anak pada fase ini ingin diterima oleh kawan-kawannya, sehingga tindakannya cenderung ingin disesuaikan dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan sebayanya. Anak sudah mengerti moral baik dan buruk (golden rule), tetapi lebih didorong oleh keinginan untuk dikatakan anak baik oleh lingkungannya.
E.       Implikasinya dalam Pendidikan
Ada pepatah   mengatakan bahwa mengajarkan anak-anak kecil ibaratnya seperti menulis di atas batu yang terus akan berbekas sampai  usia tua. Thomas Lickona menyatakan: “ Walaupun  jumlah anak-anak hanya 25 % dari total jumlah penduduk, tetapi menentukan 100% masa depan” oleh karena itu pendidikn sedini mungkin kepada anak-anak adalah kunci utama untuk membangun bangsa.
 Nurture, Faktor lingkungan, yaitu usaha memberikan pendidikan dan sosialisasi sangat berperan di dalam menentukan “buah seperti apa yang akan dihasilkan nantinya dari  seorang anak. Dalam pendidikan dan pengasuhan perlu kita pertanyakan: apakah kita ingin merawat fitrah kebaikan sehingga dapat tumbuh menjadi “pohon” yang  kuat, atau kita diamkan saja dengan tidak “merawat”nya sehingga anak itu menjadi kerdil, atau kita ingin okulasi dengan sifat-sifat keburukan kepada anak?
Anak-anak usia dini memiliki potensi untuk berkembang, dalam proses tumbuh kembangnya pasti akan dikelilingi oleh sifat-sifat buruk yang beruasaha tumbuh menyaingi pertumbuhan fitrah tersebut. Maka sejak usia dini harus dirawat dan dididik dengan niali yang akan menyuburkan fitrah (kesucian manusia) untuk tumbuh kokoh.
Pendidikan yang dilakukan di sekolah dapat memberikan arahan mengenai konsep baik dan buruk sesuai dengan tahap perkembangan umur anak, maka selayaknya setiap sekolah Taman Kanak-kanak da sekolah dasar dapat menerapkan pendidikan karakter di sekolah
F.       Perkembangan Masa Remaja
Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
Dilihat dari bahasa inggris "teenager", remaja artinya yakni manusia berusia belasan tahun. Dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan.
Remaja juga berasal dari kata latin "adolensence" yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mentalemosional,sosial, dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa.Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah: Masa peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu:
  Masa remaja awal, 12 - 15 tahun
  Masa remaja pertengahan, 15 – 18 tahun
  Masa remaja akhir, 18 – 21 tahun
Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006:192) Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.
1.    REMAJA AWAL ( Teenager )
a.       Perkembangan Fisik
Terjadi pertumbuhan fisik yang pesat
   Dalam jangka 3-4 tahun anak bertumbuh hingga tingginya hampir menyamai tinggi orangtua.
    Pertumbuhan anggota badan dan otot-otot sering tidak seimbang.
    Pada laki-laki mulai memperlihatkan penonjolan otot-otot pada dada, lengan, paha dan betis. Pada wanita mulai menunjukkan mekar tubuh yang membedakannya dengan tubuh kanak-kanak.
    Dalam hal kecepatan pertumbuhan, terutama nampak jelas dalam usia 12-14 tahun remaja putri bertumbuh demikian cepat meninggalkan pertumbuhan remaja pria.
   Dalam masa pertumbuhan ini baik remaja pria maupun remaja wanita cenderung ke arah memanjang dibanding melebar.
   Kematangan kelenjar seks pada usia 11/12 th – 14/15 th. Biasanya pertumbuhan itu lebih cepat pada remaja putri dibanding remaja putra.
·         Pubertas
Pubertas adalah periode pada masa remaja awal yang dicirikan dengan perkembangan kematangan fisik dan seksual sepenuhnya (Seifert & Hoffnung, 1987). Pubertas ditandai dengan terjadinya perubahan pada ciri-ciri seks primer dan sekunder.
Ciri-ciri seks primer memungkinkan terjadinyanya reproduksi. Pada wanita, ciri-ciri ini meliputi perubahan pada vagina, uterus, tube fallopi, dan ovari. Perubahan ini ditandai dengan munculnya menstruasi pertama. Pada pria, ciri-ciri ini meliputi perubahan pada penis, scrotum, testes, prostate gland, dan seminal vesicles. Perubahan ini menyebabkan produksi sperma yang cukup sehingga mampu untuk bereproduksi, dan perubahan ini ditandai dengan keluarnya sperma untuk pertama kali (biasanya melalui wet dream).
Ciri-ciri seks sekunder meliputi perubahan pada buah dada, pertumbuhan bulu-bulu pada bagian tertentu tubuh, serta makin dalamnya suara. Perubahan ini erat kaitannya dengan perubahan hormonal. Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin, kemudian dilepaskan melalui aliran darah menuju berbagai organ tubuh.
Kelenjar seks wanita (ovaries) dan pria (testes) mengandung sedikit hormon. Hormon ini berperan penting dalam pematangan seksual. Kelenjar pituitary (yang berada di dalam otak) merangsang testes dan ovaries untuk memproduksi hormon yang dibutuhkan. Proses ini diatur oleh hypothalamus yang berada di atas batang otak.
b.       Perkembangan Kognitif (Teori Piaget: formal operational thought)
Learner & Hustlsh) dalam Samsunuwiyati[26]Pemikiran masa remaja telah mencapai tahap pemikiran operasional formal (formal operational thought), yakni suatu tahap pengembangan kognitif yang dimulai pada usia kira-kira 11 atau 12 tahun dan terus berlanjut sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa. Pada tahap ini anak sudah dapat berfikir secara abstrak dan hipotesis. Pada masa ini, anak sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak.
Pada tahap ini remaja juga sudah mampu berfikir secara sistematik, mampu memikirkan semua kemungkinan secara sistematis untuk memecahkan permasalahan.
Dacey & Kenny dalam Samsunuwiyati mengatakan bahwa kognisi sosial yakni kemampuan untuk berpikir secara kritis mengenai isu-isu dalam hubungan interpersonal, yang berkembang sejalan dengan usia dan pengalaman, serta berguna untuk memahami orang lain dan menentukan bagaimana melakukan interaksi dengan mereka.[27]
c.       Perkembangan  Moral (Peer –Oriented Morality)
Pada fase sebelumnya kebenaran ditentukan oleh figur otoritas, pada tahap ini menurut Bronfenbrenner ditentukan oleh lingkungan sebayanya (peer group). Kohlberg menyebutnya dengan fase anak baik (good boy/good girl stage). Anak-anak pada fase ini ingin diterima oleh kawan-kawannya, sehingga tindakannya cenderung ingin disesuaikan dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan sebayanya. Pada masa ini anak sudah mengerti moral baik dan buruk (golden role), tetapi lebih didorong oleh keinginan untuk dikatakaan anak baik oleh lingkungannya. Thomas Lickona mengatakan masa ini bisa berlangsung pada usia 8,5 sampai 14 tahun.[28]
Erikson mengatakan Fase ini masih masuk dalam kategori industry versus inferiority. Namun sejak usia 12 tahun sampai usia 20 tahun, anak akan menempuh fase identity versus confusion (mencari identitas diri lawan kebingungan). Apabila pada masa sebelumnya seorang anak sudah merasa mampu dan percaya diri, maka perkembangan selanjutnya akan mudah baginya untuk mencari identitas diri. Konsep diri yang positif atau bagaimana ia menilai dirinya, akan meningkatkan ttingkat kepercayaan dirinya (self esteem).[29]
2.    REMAJA AKHIR ( masa Adolessence )
a.      Perkembangan Fisik
Masa remaja akhir adalah masa transisi perkembangan antara masa remaja menuju dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 17-22 tahun.  Pada masa ini terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan orang tua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan. (Anna Freud, dalam buku Hurrlock).
Adolessense berasal dari kata adolescere yang artinya: “tumbuh”, atau ”tumbuh menjadi dewasa” untuk mencapai “kematangan”, kematangan adolessense mempunyai arti luas mencakup kematangan mental, emosional, seksual dan fisik.[4]Pada masa adolessense ini adalah masa terjadinya proses peralihan dari masa remaja atau pemuda ke masa dewasa. Jadi masa ini merupakan masa penutup dari masa remaja atau pemuda. Masa ini tidak berlangsung lama, oleh karena itu dengan kepandaiannya, seseorang yang dalam waktu relatif singkat sekali telah sampai kemasa dewasa.
Banyak pendapat tentang masa adolescence ini, akan tetapi pada umumnya, berkisar 17,0-19,0/21,0 tahun. Pada masa adolescence ini sudah mulai stabil dan mantap, ia ingin hidup dengan modal keberanian, anak mengenal aku-nya, mengenal arah hidupnya, serta sadar akan tujuan yang dicapainya, pendiriannya sudah mulai jelas dengan cara tertentu. sikap kritis sudah semakin nampak, dan dalam hal ini sudah mulai aktif dan objektif dalam melibatkan diri ke dalam kegiatan-kegiatan dunia luar. Juga dia sudah mulai mencoba mendidik diri sendiri sesuai pengaruh yang diterimanya. Maka dalam hal ini terjadi pembangunan yang esensial terhadap pandangan hidupnya, dan masa ini merupakan masa berjuang dalam menentukan bentuk/corak kedewasaannya
Pertumbuhan fisik remaja akhir relatif berkurang dengan kata lain tidak sepesat dalam masa remaja awal. Bagi remaja pria pada usia 20 th dan remaja wanita 18 th keadaan tinggi badan mengalami pertumbuhan yang lambat.
   Mengalami keadaan sempurna bagi beberapa aspek pertumbuhan dan menunjukkan kesiapan untuk memasuki masa dewasa awal. Seperti badan dan anggota badan menjadi berimbang, wajah yang simetris, bahu yang berimbang dengan pinggul.
Saat ini, remaja mengalami perubahan fisik (dalam tinggi dan berat badan) lebih awal dan cepat berakhir daripada orang tuanya. Kecenderungan ini disebut trend secular. Sebagai contoh, seratus tahun yang lalu, remaja USA dan Eropa Barat mulai menstruasi sekitar usia 15 – 17 tahun, sekarang sekitar 12 – 14 tahun. Di tahun 1880, laki-laki mencapai tinggi badan sepenuhnya pada usia 23 – 24 tahun dan perempuan pada usia 19 – 20 tahun, sekarang laki-laki mencapai tinggi maksimum pada usia 18 – 20 dan perempuan pada usia 13 – 14 tahun.
Trend secular terjadi sebagai akibat dari meningkatnya faktor kesehatan dan gizi, serta kondisi hidup yang lebih baik. Sebagai contoh, meningkatnya tingkat kecukupan gizi dan perawatan kesehatan, serta menurunnya angka kesakitan (morbiditas) di usia bayi dan kanak-kanak.
b.      Perkembangan Kognitif
Masa remaja merupakan periode kehidupan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya. Hal ini karena selama periode remaja proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Sistem saraf yang berfungsi memproses informasi berkembang dengan cepat. Pada masa ini terjadi reorganisasi lingkaran saraf prontal lobe (belahan otak bagian depan sampai pada belahan atau celah sentral) prontal lobe ini berfungsi dalam aktifitas kognitif tingkat tinggi. Seperti kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau kemampuan mengambil keputusan (Carol & David R, 1995)[30]
c.       Perkembangan  Moral
Pada fase ini anak merasa bahwa ia mempunyai tugas untuk menjaga keutuhan kelompoknya. Menurut Brofenbrenner, kesetiaan kepada kelompok adalah kewajiban, sehingga kepentingan harus berada di atas kepentingan pribadi. Kohlberg berpendapat bahwa fase ini disebut sebagai law and order stage, yaitu anak merasa kesetiaan pada aturan-aturan kelompok adalah kewajibannya agar ketertiban dan ketentraman masyarakat terjaga
Lickona mengatakan, orang pada tahap ini ingin menjalankan tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat di mana ia berada, karena ingin menjaga ketertiban masyarakat. Remaja yang mencapai tahapan moral ini adalah mereka yang sudah tahu bagaimana berperilaku sebagai warga negara yang baik. Tetapi berhubung masih menganggap keutuhan sistem sosialnya adalah segalanya, maka loyalitas kepada sistem sosialnya menjadi segalanya. Ini cenderung membawa kepada konsep: salah benar adalah negara saya, sehingga ia berperilaku tidak adil kepada orang lain yang berbeda sistem sosialnya.[31]
d.      Perkembangan seksualitas
Santrock dalam Samsunuwiyati mengatakan bahwa salah satu fenomena kehidupan remaja yang sangat menonjol adalah terjadinya peningkattan minat dan motivasi terhadap seksualitas.[32]
Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap kehidupan seksualitas sangat dipengaruhi oleh faktor perubahan-perubahan fisik selama masa pubertas terutama adanya kematangan organ-organ seksual dan perubahan-perubahan hormonal mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual dalam diri remaja. Dorongan seksual remaja sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari dorongan seksual orang dewasa.
e.       Perkembaangan Psikososial
Perubahan-perubahan yang dramatis pada aspek fisik maupun kognitif di masa remaja  berpengaruh terhadap  perkembangan psikososial mereka. Erikson memberikan penekanan pada identitas vs kebingungan identitas (identity vs identity confusion) selama masa remaja. Hal ini karena tahap tersebut merupakan peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pembentukan identitas merupakan tugas utama dalam perkembangan kepribadian yang diharapkan tercapai pada akhir masa remaja.


G.    Perkembangan Masa Dewasa dan Tua ( Usia: 21-40; 40-60; 60-akhir hayat)
Masa dewasa awal (early adhulthood) ialah fase perkembangan saat seorang remaja mulai memasuki usia dewasa, yakni usia 21-40 tahun  
Fase perkembangan setengah baya. Masa setengah baya (middle age) adalah masa yang berlangsung antara usia 40 sampai 60 tahun. Di saat usia 40 tahun seseorang mengalami pubertas kedua karena mereka senang lagi bersolek, suka bersikap dan berbuat emosional/mudah marah dan bahkan jatuh cinta lagi.
Fase perkembangan usia tua. Masa tua (old age) adalah fase terakhir kehidupan manusia. Usia ini berlangsung antara usia 60 tahun sampai berhembusnya nafas terkhir (akhir hayat). Mereka yang menginjak usia 60 tahun keatas yang dalam istilah psikologi disebut “senescence” (masa tua) biasanya ditandai dengan perubahan-perubahan kemampuan motorik yang . semakin merosot.
a.      Perkembangan Fisik
Pada awal masa dewasa kemampuan fisik mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami penurunan selama periode ini. Mulai dari sekitar usia 18 hingga 25 tahun, individu memiliki kekuatan yang terbesar, gerak-gerak reflek mereka sangat cepat, kemampuan reproduktif mereka berada di tingkat yang paling tinggi. Namun selama periode ini penurunan keadaan fisik juga terjadi. Sejak usia 25 tahun perubahan fisik mulai terlihat. Perubahan ini sebagian besar lebih bersifat kuantitatif daripada kualitatif. Secara berangsur-angsur kekuatan fisik mengalami kemunduran, sehingga lebih mudah terserang penyakit.
Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama masa pertengahan dewasa adalah perubahan dalam hal kemampuan reproduktif, yakni mulai mengalami menopouse atau berhentinya menstruasi dan hilangnya kesuburan. Pada umumnya menopouse terjadi pada usia 50 tahun. Peristiwa menopouse disertai dengan berkurangnya hormon estrogen.
Bagi laki-laki proses penuaan selama masa pertengahan dewasa tidak begitu kentara, karena tidak ada tanda-tanda fisiologis dari peningkatan usia seperti berhentinya haid pada perempuan. Laki-laki tetap subur sampai memasuki masa tua, hanya saja kemunduran fisik juga terjadi secara berangsur-angsur , seperti berkurangnya air mani, dan frekuensi orgasme yang cenderung merosot.
Pada masa tua atau masa dewasa akhir sejumlah perubahan fisik semakin terlihat sebagai akibat dari proses penuaan, diantaranya pada perubahan seperti rambut menjadi jarang dan beruban, kulit mengering dan mengering, gigi hilang dan gusi menyusut, konfigurasi wajah berubah, tulang belakang menjadi bungkuk. Kekuatan dan ketangkasan fisik berkurang, tulang-tulang menjadi rapuh, mudah patah dan lambat untuk dapat diperbaiki kembali. Sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga orangtua rentan terhadap berbagai penyakit.
b.      Perkembangan Kognitif
Pada usia tua sejumlah neuron, unit-unit sel dasar dari sistem saraf menghilang.  Menurut Santrock diperkirakan bahwa 5% hingga 10% dari neuron kita berhenti tumbuh sampai kita mencapai usia 70 tahun. Setelah itu hilangnya neuron akan semakin cepat.
Hilangnya sel-sel otak diakibatkan oleh pukulan kecil, tumor otak, minuman keras beralkohol, semua tersebut semakin merusak otak, menyebabkan erosi mental yang sering disebut dengan kepikunan (senility).
Pada umumnya orang percaya bahwa proses kognitif- belajar, memori, dan inteligensi mengalami kemerosostan , bersamaan dengan terus bertambahnya usia. Sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan proses kognitif bersamaan dengan penurunan kemampuan fisik sebenarnya hanyalah salah satu stereotip budaya yang meresap pada diri kita.
c.       Perkembangan Psikososial
Selama masa dewasa dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan ini bukan karena disebabkan perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selama periode ini orang melibatkan diri secra khusus dalam karir, pernikahan dan hidup berkeluarga. Menurut Erikson, perkembangan   psikososial pada masa ini ditandai dengan tiga gejala penting[33] yaitu:
1.      Keintiman : selama tahap keintiman ini nilai-nilai cinta muncul. Robert J. Sternberg mengemukakan tentang tiga teori cinta yakni: gairah, keintiman dan komitmen
2.      Generatif : tahap generatif adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan (keturunan, ide-ide, produk-produk dll) serta pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Pada usia 40-50 tahun merupakan masa paling produktif.
3.      Integritas: Suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara sesuatu setelah berhasil melakukan penyesuaian diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya.
d.      Perkembangan moral
Menurut Garbarino dan Bronfenbrenner, fase ini adalah tahapan moral tertinggi yang seharusnya dicapai manusia, karena mengacu kepada prinsip moral universal, yaitu tidak terganung pada kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok.[34]
Kohlberg mengatakan tahapan ini sebagai tahapan universal principles, yaitu komitmen penuh terhadap prinsip moral universal “tidak pandang bulu”. Apabila ada konflik antara peraturan masyarakat/ kelompok yang bertentangan dengan prinsip moral universal, maka orang yang sudah mencapai tahapan moral ini akan berpegang teguh kepada prinsip moral universal, walaupun harus bertentangan dengan kelompok/ masyarakat/ pemerintah.
Lickona berpendapat seorang yang mempunyai tingkatan moral tertinggi, adalah mereka yang dapat mempertahankan prinsip-prinsip moral yang menghargai hak azasi manusia, walaupun harus bersebrangan dengan sistem sosialnya. Manuai yang sudah mencapai tahapan ini tidak akan mudah terprovokasi atau termakan oleh propaganda dari para pemimpinnya, karena kesadaran nuraninya hanya berpegang teguh pada prinsip-prinsip moral yang  menghargai setiap manusia, walaupun berbeda sistem sosialnya. Namun Lickona menyayangkan sedikitnya manusia yang dapat mencapai tahapan moral ini. [35]

H.      Persamaan dan Perbedaan Psikologi Laki-laki dan perempuan
a.       Masa Bayi
1.      Perbedaan Kemampuan Motorik
·      Kemampuan motorik lebih kuat dimiliki oleh anak laki-laki. sehingga mampu dan pandai dalam melakukan kegiatan melompat dan memanjat daripada perempuan. itu disebabkan karena di area otak laki-laki kemampuan berfikirnya mereka lebih baik.
·      Namun perempuan juga dapat melakukan sesuatu yang lebih baik dari laki-laki apabila kemampuan motoriknya dilatih, seperti halnya perempuan dapat dengan cepat makan sendirian dibandingkan dengan laki-laki,  bila sudah beranjak besar perempuan mampu untuk menulis, membaca dan bahkan mengikat sepatu dengan cepat.
·      Pada usia 35 bulan anak perempuan sudah bisa buang air sendiri ditoilet dibandingkan anak laki-laki baru bisa buang air sendiri pada usia 39 bulan. karena sang ibu lebih cepat mengajarkan pada anak perempuann
2.    Perbedaan Tingkah Laku
·      Bayi perempuan cenderung lebih mudah merasa tidak nyaman, apabila popoknya merasa basah atau demam akan lebih rewel dibandingkan anak laki- laki, tetapi bukan berarti kita lantas menghakimi mereka dan beranggapan bahwa anak perempuan sulit untuk dirawat, alangkah baiknya apabila diberikan pelukan karena mereka sangat peka
·      Hormon oksitosin ( hormon yang menyebabkan keterikatan pada manusia) dan hormon serotin ( hormon pemberi rasa nyaman) banyak di produksi oleh perempuan, karena itru kenapa parempuan lebih suka dengan mainan boneka bahkan lebih sayang terhadap adiknya, tidak seperti laki-laki yang lebih menyukai mainan seperti mobil-mobilan dan sesuatu benda yang bergerak.
·      Bayi perempuan cernderung lebih akrab dan dekat dengan orang dewasa, serta bermain dengan temannya walau dalam kelompok yang kecil dan juga perempuan suka dengan suasana yang tenang, tetapi berbeda dengan anak laki-laki, anak laki-laki cenderung lebih menyukai kegiatan seperti adu fisik, oleh sebab itu anak laki-laki terkadang suka melempar mainannya, melompat serta bermain kasar, dan tertarik bermain dengan kelompok yang lebih besar dan aktif
3.      Mengenai Kesehatan
·         Hemangionas (penumpukan pembuluh darah yang menimbulkan tanda lahir berwarna kemerahan) akan dialami oleh anak perempuan dan resikonya lima kali lebih besar, pada usia sembilan tahun tanda itu dengan sendirinya akan hilang atau bisa juga dihilangkan dengan laser ataupun disuntik steroid
·         Mengidap hernia lebih besar beresiko terhadap anak laki-laki, karena adnya rongga di daerah selangkangan akibat turunnya buah pelir, hal ini terjadi ketika bayi masih di dalam rahim
·         Empat kali beresiko bayi perempuan terhadap dislokasi tulang paha.
·         Anak perempuan baru bisa mengalami penyakit asma apabila sudah menginjak remaja tetapi bagi anak laki-laki akan mengalami asma pada saat mereka masih kanak-kanak.  hormon testoteron anak perempuan lebih banyak diproduksi sehingga dapat meregangkan otot pernapasan
·         Sering unculnya permasalahan pada kandung kemih akan dialami anak perempuan, karena saluran urinenya lebih pendek dibandingkan laki-laki oleh sebab itu bakteri akan mudah masuk ke kandung kemih dan dapat infeksi
·           Laki-laki akan mencapai tinggi badan idealnya pada usia 24 bulan, ini cenderung laki-laki pertumbuhannya lambat. tetapi perempuan dapat mencapai tinggi ideal pada saat berumur 20 bulan, masa puber laki lakipun lebih lambat 2 tahun dari perempuan
·         Bahkan anak perempuan dalam berbicara lebih cepat dari pada anak laki-laki, hal ini dikarenakan perempuan mampu memanfaatkan pusat bahasa dikedua belahan otaknya lebih cepat
b.      Masa Anak-anak
·         Anak perempuan lebih peka bila ada perempuan lain yang marah atau terluka, sementara laki-laki biasanya masih harus secara nyata melihat air mata, wajah marah sebelum benar-benar mengerti apa yang terjadi. Kepekaan wanita dalam memahami isyarat komunikasi yang halus dan samar ini sering disebut sebagai ‘intuisi wanita’ yang sebenarnya adalah kemampuan wanita yang luar biasa dalam mendeteksi detil dan perubahan perilaku orang lain.
·         Dikutip dari situs www.babycenter.com berdasarkan hasil beberapa penelitian didapatkan bahwa pada anak perempuan, daerah otak yang membantu mengontrol bahasa dan emosi cenderung lebih besar. Daerah ini akan terlihat aktif ketika melihat foto seseorang. Selain itu bagian otak lain yaitu corpus callosum yang menghubungkan kedua sisi otak terlihat lebih besar pada otak anak perempuan dibandingkan pada anak laki-laki.
·         Beberapa ilmuwan berpikir hal inilah yang membuat anak perempuan cenderung menggunakan kedua sisi otak kiri dan kanan dalam memecahkan suatu masalah. Sementara pada anak laki-laki ditemukan bahwa bagian otak amigdala - otak yang berfungsi mengendalikan emosi lebih dalam seperti rasa takut cenderung lebih besar.
·         Otak anak laki-laki tersekat-sekat secara tegas dan berkemampuan untuk memilah dan menyimpan informasi dengan rapi. Tapi otak anak perempuan tidak bekerja seperti itu. Cara yang bisa dilakukan anak perempuan untuk mengidentifikasi masalah di pikirannya adalah dengan membicarakannya. Jadi, ketika wanita berbicara tujuannya adalah sekadar untuk menemukan atau memahami masalah, bukan untuk menyimpulkan atau mencari solusi.
·         Anak perempuan dapat mengerjakan beberapa hal sekaligus dalam waktu bersamaan. Seringkali ketika si upik duduk menonton TV, mereka melakukannya sambil berbicara tentang banyak hal. Sedangkan si buyung tidak bisa berbicara dan menonton TV secara bersamaan, harus satu-satu.
·         Anak perempuan berbicara menggunakan perkataan tak langsung. Indirect speech ini adalah keahlian khusus para perempuan dan dimaksudkan untuk membangun relationship dengan cara menghindari konfrontasi frontal. Sementara kalimat pria cenderung pendek, langsung, berorientasi solusi dan to the point dengan kosakata lebih luas dan dibumbui banyak fakta.(Mom& Kiddie//ftr)
c.       Masa Remaja
Interaksi dan persahabatan lebih luas dengan teman sejenis dan lawan jenis. Munculnya konflik-konflik sebagai akibat masa transisi dari masa anak menuju dewasa. Remaja akhir sudah mulai dapat memahami, mengarahkan, mengembangkan, dan memelihara identitas diri.
·         Ciri-ciri Seks Primer
Perkembangan psikologi remaja pria mengalami pertumbuhan pesat pada organ testis, pembuluh yang memproduksi sperma dan kelenjar prostat. Kematangan organ-organ seksualitas ini memungkinkan remaja pria, sekitar usia 14 – 15 tahun, mengalami “mimpi basah”, keluar sperma. Pada remaja wanita, terjadi pertumbuhan cepat pada organ rahim dan ovarium yang memproduksi ovum (sel telur) dan hormon untuk kehamilan. Akibatnya terjadilah siklus “menarche” (menstruasi pertama). Siklus awal menstruasi sering diiringi dengan sakit kepala, sakit pinggang, kelelahan, depresi, dan mudah tersinggung. Psikologi remaja
·         Ciri-ciri Seks Sekunder
Perkembangan psikologi remaja pada seksualitas sekunder adalah pertumbuhan yang melengkapi kematangan individu sehingga tampak sebagai lelaki atau perempuan. Remaja pria mengalami pertumbuhan bulu-bulu pada kumis, jambang, janggut, tangan, kaki, ketiak, dan kelaminnya. Pada pria telah tumbuh jakun dan suara remaja pria berubah menjadi parau dan rendah. Kulit berubah menjadi kasar. Pada remaja wanita juga mengalami pertumbuhan bulu-bulu secara lebih terbatas, yakni pada ketiak dan kelamin. Pertumbuhan juga terjadi pada kelenjar yang bakal memproduksi air susu di buah dada, serta pertumbuhan pada pinggul sehingga menjadi wanita dewasa secara proporsional.
d.      Masa Dewasa dan Tua
1.      Dewasa awal
·         Efisiensi fisik mencapai puncaknya, terutama pada usia 23-27 tahun;
Kemampuan reproduktif mereka berada di tingkat yang paling tinggi, pada perempuan menjadi masa kesuburan yang baik
·         Kekuatan tenaga dan motorik mencapai masa puncak
·         Kesehatan fisik berada pada keadaan baik.
2.      Dewasa tengah/ masa baya
·      Berat badan bertambah, bahu seringkali membentuk bulat, dan terjadi penggemukan seluruh tubuh yang membuat perut kelihatan menonjol sehingga seseorang kelihatan lebih pendek
·         Otot menjadi lembek dan mengendur disekitar dagu, pada lengan dibagian atas dan perut.
·         Mulai menurunnya kekuatan fisik, fungsi motorik dan sensori
·         Gangguan pada ersendian, tungkai, lengan yang membuat mereka sulit berjalan dan memegang benda yang jarang terjadi pada usia muda
·         Mulai terjadinya proses menua secara gradual, maksudnya terlihat tanda-tanda bahwa dirinya mulai tua, seperti tumbuhnya uban di kepala, rambut pada wajah tumbuh lebih lambat dan kurang subur, adanya kerutan-kerutan pada bagian wajah, kemampuan fungsi mata berkurang.
·         Rambut pada pria mulai jarang, menipis, dan terjadi kebotakan pada bagian atas kepala, rambut di hidung, telinga, dan bulu mata menjadi lebih kaku
·         Rambut pada wanita semakin tipis dan rambut di atas bibir dan dagu bertambah banyak;
·         Terjadinya perubahan-perubahan seksual. Kaum laki-laki dapat mengalami Climacterium dan wanita dapat mengalami Menopause. Climacterium dan menopause merupakan tanda berhentinya kemampuan menghasilkan keturunan dan dapat menimbulkan penyakit Melancholia involutive (cemas dan merasa diri tak berguna) peristiwa ini bagi laki-laki lebih lambat datangnya daripada wanita
Ciri-ciri fisik sindrom Menopause:
1.      Sistem reproduksi menurun dan berhenti
2.      Penampilan kewanitaan menurun
3.      Ketidaknyamanan fisik
4.      Berat badan bertambah
5.      Penonjolan pada jari
6.      Perubahan kepribadian
Ciri-ciri sindrom Climaterium pada pria:
1.      Rusaknya fungsi organ seksual
2.      Nafsu seksual menurun
3.      Penampilan kelakian menurun
4.      Gelisah akan kepribadian
5.      Ketidaknyamanan fisik
6.      Menurunnya kekuatan dan daya tahan tubuh


[1]  Samsunuwiyati Mar’at. Psikologi Perkembangan. (Bandung, PT.Remaja Rosdakarya: 2005). Hal. 92

[2]  Ibid. hal 95
[3] John, W. Santrock. Life- Span Development Perkembangan Masa Hidup (Jakarta, Erlangga: 2002)

[4]  Samsunuwiyati Mar’at. 2005. Psikologi Perkembangan. Hal. 100
[5]  Ibid. Hal. 102
[6]  ] Samsunuwiyati Mar’at. Psikologi Perkembangan. Hal. 107
[7]  Samsunuwiyati Mar’at. Psikologi Perkembangan.Hal. 112
[8]  Yuliani Rohmah, Elfi. Psikologi Perkembangan. (Yogyakarta, Teras: 2002)
[9]  Yuliani Rohmah, Elfi. Psikologi Perkembangan.
[10]  Yuliani Rohmah, Elfi. Psikologi Perkembangan.
[11]Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa (Jakarta, Indonesia Heritage Foundation: 2007). Hal.22
[12] Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak (Jakarta, Erlangga: 1978). Hal.128
[13]  Ibid
[14] Samsunuwiyati Mar’at, Psikologi Perkembangan ( Bandung, Remaja Rosdakarya: 2013). Hal.127

[15]  Samsunuwiyati Mar’at, Psikologi Perkembangan. Hal.128
[16]  Ratna Megawangi, kumpulan makalah (Jakarta, Indonesia Heritage Foundation: 2008). Hal. 12
[17]  Samsunuwiyati Mar’at, Psikologi Perkembangan. Hal. 132
[18]  Ratna Megawangi, kumpulan makalah (Jakarta, Indonesia Heritage Foundation: 2008). Hal. 3

[19]  Samsunuwiyati Mar’at, Psikologi Perkembangan. Hal. 130
[20]  Ibid, Hal. 134-136
[21]  Samsunuwiyati Mar’at, Psikologi Perkembangan. Hal. 145

[22]  Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter. Hal. 131-132,
[23]  Samsunuwiyati Mar’at, Psikologi Perkembangan. Hal. 153
[24]  Samsunuwiyati Mar’at, Psikologi Perkembangan. Hal. 170
[25]  Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter. Hal.136
[26]  Samsunuwiyati Mar’at, Psikologi Perkembangan.(Bandung: Remaja Rosdakarya: 2012). Hal. 195
[27]  Samsunuwiyati Mar’at. Psikologi Perkembangan. Hal. 205
[28]  Ratna Megawangi. Pendidikan Karakter solusi yang tepat untuk membangun bangsa.(Jakarta, Indonesia Heritage Foundation: 2007). Hal.136
[29]  Ibid. Hal. 137
[30]  Samsunuwiyati Mar’at, Psikologi Perkembangan. Hal 194
[31]  Ratna Megawangi. Pendidikan Karakter solusi yang tepat untuk membangun bangsa. Hal. 138
[32]  Samsunuwiyati Mar’at. Psikologi Perkembangan. Hal 222.
[33]  Samsunuwiyati Mar’at. Psikologi Perkembangan. Hal. 242
[34]  Ratna Megawangi. Pendidikan Karakter solusi yang tepat untuk membangun bangsa. Hal.140
[35]  Ratna Megawangi. Pendidikan Karakter solusi yang tepat untuk membangun bangsa. Hal.141

Tidak ada komentar:

Posting Komentar