PSIKOLOGI
GENDER
PERSPEKTIF
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
A.
Perkembangan Masa
Bayi (usia 0-2 tahun)
1.
Perkembangan Fisik
Pada saat dilahirkan panjang rata-rata bayi adalah 20 inchi atau 50
cm dengan berat badan 3,4 kg. dibandingkan dengan ukuran tubuh orang dewasa, panjang
lebih dekat dari beratnya: panjang bayi yang 20 inci menunjukkan lebih dari seperempat tinggi orang dewasa, sedangkan 3,4 kg
beratnya menunjukkan hanya bagian kecil dari berat badan orang dewasa (seifert
& hoffnung, 1994). [1]
Sedangkan Bayi yang baru
lahir kehilangan 5-7% berat tubuh meraka, segera setelah bayi menyesuaikan diri
dangan mengisap, menelan dan mencerna mereka bertumbuh cepat dan memperoleh
berat kira-kira 5-6 ons per minggunya selama bulan pertama pada bulan ke empat
berat badan mereka naik mencapai hampir tiga kali lipat dari berat mereka
ketika hari pertama kelahiran.
a.
Perkembangan
Refleks
Pada masa bayi, terlihat gerakan-gerakan
spontan, yang di sebut reflex. refleks adalah gerakan –gerakan bayi yang
bersifat otomatis dan tidak terakodinir sebagai reaksi terhadap rangsangan
tertentu serta memberi bayi respons penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Sifat-sifat refleks itu meliputi:
Refleks mengisap; terjadi ketika bayi yang baru
lahir secara otomatis mengisap benda yang ditempatkan di mulut mereka.
Refleks mencari; terjadi ketika bayi itu
disentuh pipinya maka ia akan memalingkan kepala ke arah benda yang
menyentuhnya.
Refleks moro; adalah suatu respon tiba-tiba
pada bayi yang baru lahir akibat suara atau gerakan yang mengejutkannya. Bayi
tersebut akan melengkungkan punggungnya, melemparkan kepalanya ke belakang dan
merentangkan lengan dan kakinya.
Refleks menggenggam; yang terjadi ketika
sesuatu menyentuh telapak tangan bayi. Bayi merespon dengan cara menggenggam
kuat.
b.
Rangkaian
tingkah laku dan keadaan bayi
perkembangan refleks dan fungsi motorik pada
bayi kemudian memunculkan serangkaian tingkah
laku yang lebih kompleks. dengan tingkah laku tersebut telah
memungkinkan bayi sebagai makhluk biologis dapat bertahan hidup. menurut Lerner
& Hultsch (1983), tingkah laku tersebut meliputi : pola tidur dan pola bangun, tingkah laku
teoileting dan tingkah laku makan dan minum.[2]
c.
Perkembangan
keterampilan motorik
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh
organ otak. Otak lah yang mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak.Semakin
matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot m,emungkinkan
berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak
dibagi menjadi dua:
1) Keterampilan
motorik kasar meliputi kegiatan otot-otot besar seperti menggerakkan lengan dan
berjalan.
2) Keterampilan
motorik halus atau keterampilan manipulasi meliputi gerakan-gerakan
menyesuaikan secara lebih halus, seperti ketangakasan jari.
Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan
anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak
mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut
memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya.
Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu
mengambil mainan yang menarik baginya.[3]
Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika
bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan
motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak factor,
yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak,
keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak dan juga dapat dipengaruhi
oleh lingkungan.
Selain berkaitan erat dengan fisik dan
intelektual anak, kemampuan motorik pun berhubungan dengan aspek psikologis
anak.
d.
Perkembangan
sensori
Bayi yang baru lahir telah dilengkapi dengan
peralatan yang dirancang sedemikian rupa untuk mengumpulkan informasi.
alat-alat yang berfungsi untuk untuk menangkap informasi inilah yang disebut
dengan indra (sense) atau sistem sensorik.jadi, semua informasi yang datang
kepada bayi adalah melalui indra. tanpa penglihatan, pendengaran, sentuhan,
kecapan, ciuman dan indra lain otak bayi akan terkucil dari dunia: bayi akan
hidup dalam kebisuan, kegelapan, tanpa rasa, tanpa warna dan kehampaan yang
kekal.
Dengan demikian, indra-indra berfungsi
mendeteksi, menstranduksi dan meneruskan semua informasi yang datang padanya.
setiap indra mempunyai satu unsur deteksi yang disebut sebagai reseptor
(penerima) yaitu satu sel yang khusus yang hanya memberikan respons terhadap
jenis rangsangan yang tertentu saja (Davidoff, 1988). sensasi (pengindraan)
terjadi jika sekumpulan informasi mengadakkan kontak dengan penerima sensor,
seperti mata, telinga, lidah hidung dan kulit.[4]
e.
Perkembangan
otak
Pada waktu bayi masih berada dalam kandungan ibunya,
badannya telah membentuk sekitar 1.5 milyar sel-sel saraf per menit. jadi pada
saat dilahirkan bayi kemungkinan telah memiliki semua sel-sel otak yang akan
dimilikinya sepanjang hidupnya. akan tetapi, sel-sel otak tersebut belum matang
dan jaringan urat saraf masih lemah. oleh sebab itu, segera setelah lahir
hingga usia 2 tahun, sel-sel otak yang belum matang dan jaringan urat saraf
yang masih lemah ituterus tumbuh dengan cepat dan dramatis mencapai kematangan.[5]
2.
Perkembangan
Kognitif
Perkembangan
kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan
pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologi yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
a.
Perkembanngan
kognitif menurut pandangan piaget
Dalam pandangan Piaget
tahap-tahap perkembangan pemikiran dibedakan atas empat tahap, yaitu tahap
pemikiran sensorik-motorik, praoperasional, operasional-konktret, operasional
formal.
Pemikiran bayi termasuk kedalam
pemikiran sensorik motorik, tahap sensorik motorik belangsung ari kelahiran
hingga kira-kira berumur 2 tahun. Selama tahap ini berkembangan mental di
tandai dengan perkembangan pesat dengan kemampuan bayi untuk mengorganisasikan
dan mengkordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan
fisik dalam hal ini bayi yang baru lahir bukan saja menerima secara pasif
rangsangan-rangsangan terhadap alat-alat inderanya, melainkan juga aktif
memberikan respons terhadap rangsangan tersebut, yakni melalui gerak-gerak
refleks. Pada akhir tahap ini ketika anak berusia 2 tahun, pola-pola sensorik
motoriknya semakin komplek dan mulai mengadopsi suatu sistem simbol yang
primitive. Misalnya, anak usia 2 tahun dapat membayangkan sebuah mainan dan
memanipulasinya dengan tangannya sebelum mainan tersebut benar-benar ada.
b.
Perkembangan
kognitif menurut pandangan kontemporer
Pandangan-pandangan kontemporer
tentang perkembangan kognitif mendapapat sokongan yang penting dalam para pakar
psikologi pemrosesan informasi. kalau piaget meyakini bahwa perkembangan
kognitif bayi baru tercapai pada pertengahan tahun kedua, maka para pakar
psikoogi pemrosesan informasi percaya bahwa perkembangan kognitif seperti
kemampuan dalam memberikan perhatian, menciptakan simbolisasi, meniru dan
kemampuan konseptual telah dimiliki bayi lebih awal.[6]
c.
Perkembangan
persepsi
Secara singkat, perkembangan
persepsi yang diyakini oleh para peneliti ialah bahwa bayi-bayi melihat benda
berdiri sendiri, satu, kokoh dan terpisah dari lingkungan sekitarnya, ada
kemungkinan hal ini terjadi pada saat lahir atau segera sesudahnya, tetapi
secara pasti hal ini terjadi pada usia 3 hingga 4 bulan. Bayi-bayi kecil masih
harus belajar banyak tetapi dunia sekitarnya tampak stabil dan teratur bagi
mereka dan oleh karena itu, dunia sekitar mereka dapat mereka “rumuskan“.
d.
Perkembangan
konsepsi
Penelitian baru-baru ini tentang
perkembangan persepsi dan konsepsi bayi menunjukkan bahwa bayi mempunyai
kemampuan persepsi yang lebih canggih dan dapat memulai berpikir jauh lebih
awal dibandingkan dengan apa yang dibayangkan oleh Piaget.
e.
Perkembangan
memori
Memori (memory) ialah unsur pusat
perkembangan kognitif yang memuat seluruh informasi yang di dalamnya individu
menyimpan informasi yang ia terima sepanjang waktu. Kadang-kadang informasi
hanya disimpan beberapa detik, dan pada kesempatan lain informasì disimpan
seumur hidup. Memori digunakan ketika kita mencari dan mengingat. Baru-baru ini
para peneliti perkembangan anak telah memperlihatkan bayi usia 3 bulan telah
memiliki kemampuan menyimpan memori (Grunwald, dkk, 1993). Menurut
Rovve-Collier, bahkan memori bayi yang berusia 2,5 bulan telah terinci secara
luar biasa.
f.
Perkembangan bahasa
Semua manusia yang normal dapat menguasai
bahasa, sebab sejak lahir manusia telah memiliki kemampuan dan kesiapan untuk
mempelajari bahasa dengan sendirinya.hal ini terlihat bahwa manusia tidak
memerlukan banyak usaha untuk mampu berbicara. kemampuan dan kesiapan belajar
bahasa manusia ini segera mengalami perkembangan setelah kelahirannya. bahkan
menurut Havighurst (1984), kemampuan menguasai bahasa dalam arti belajar
membuat suara-suara yang berarti berhubungan dengan orang lain melalui
penggunaan suara-suara itu.[7]
3.
Perkembangan
Psikososial
Perkembangan psikososial berhubungan dengan
perubahan-perubahan perasaan atau emosi serta perubahan bagaimana individu
berhubungan dengan orang lain. sebagimana telah dijelaskan diatas, masa bayi
adalah masa dimana anak-anak mulai berjalan, berpikir, berbicara dan merasakan
sesuatu.
a.
Perkembangan Emosi
Emosi
yaitu respon yang timbul dari stimulus yang menyebabkan perubahan-perubahan
fisiologis disertai dengan perasaan kuat. Bayi mengekspresikan sebagian emosi
jauh lebih awal dibandingkan dengan beberapa emosi lain, lalu mengekspresikan
dengan rinci dua perilaku ekspresif emosional yang penting. yaitu menangis dan tersenyum.
Menurut Erik Erikson
(1968), pada tahun pertama (bayi usia 1-2 bulan) kehidupan ditandai dengan
adanya tahap perkembangan rasa percaya dan rasa tidak percaya.
Erikson meyakini bayi
dapat mempelajari rasa percaya apabila mereka diasuh dengan cara yang konsisten.
Rasa tidak percaya dapat muncul apabila bayi tidak mendapatkan perlakuan yang
baik. Gagasannya tersebut banyak persamaanya dengan konsep Ainsworth tentang
keterikatan yang aman ( secure attachment).
Rasa percaya dan
tidak percaya tidak muncul hanya pada tahun pertama kehidupan saja.Tetapi rasa
tersebut muncul lagi pada tahap perkembangan selanjutnya. Beberapa hal yang
harus diperhatikan pada saat anak-anak memasuki sekolah dengan rasa percaya dan
tidak percaya dapat mempercayai guru tertentu yang banyak memberikan waktu
baginya sehingga membuatnya sebagai orang yang dapat dipercayai. Pada
kesempatan kedua ini , anak mengatasi rasa tidak percaya sebalumnya.
Sebaliknya, anak-anak yang meninggalkan masa bayi dengan rasa percaya pasti
pada tahap selanjutnya masih dapat memiliki rasa tidak percaya, yang mungkin
terjadi karena adanya konflik atau perceraian kedua orang tuanya. Erikson
menekankan bahwa tahun kedua kehidupan ditandai oleh tahap otonomi versus rasa
malu dan ragu-ragu
b.
Perkembangan
temperamen
Temperamen
merupakan salah suatu dimensi psikologis yang berhubungan dengan aktivitas
fisik dan emosional serta merespons. Secara sederhana,Goleman merumuskan
temperamen sebagai “The moods that typify our emotional life”. Jelasnya
temperamen adalah perbedaan kualitas dan intensitas respons emosional serta
pengaturan diri yang memunculkan perilaku individual yang terlihat sejak lahir,
yang relative stabil dan menetap dari waktu ke waktu dan pada semua situasi,
yang dipengaruhi oleh interaksi antara pembawaan, kematangan, dan pengalaman.
Sejak
lahir, bayi memperlihatkan berbagai aktivitas individual yang berbeda-beda.
Beberapa bayi sangat aktif menggerakkan tangan, kaki, dan mulutnya tanpa
henti-hentinya, tetapi bayi yang lain terlihat lebih tenang. Sebagian bayi
merespons dengan hangat kepada orang lain, sementara yang lain cerewet, rewel
dan susah diatur. Semua gaya perilaku ini merupakan temperamen seorang bayi.
Kebanyakan
peneliti mengakui adanya perbedaan dalam kecenderungan reaksi utama, seperti
kepekaan terhadap rangsangan visual atau verbal, respons emosional, dan
keramahan dari bayi yang baru lahir. Peneliti Alexander Tomas dan Stella Chess
misalnya, memperlihatkan adanya perbedaan dalam tingkatan aktivitas bayi,
keteraturan dari fungsi jasmani (makan, tidur, dan buang air), pendekatan
terhadap stimuli dan situasi baru. Kemampuan beradaptasi dengan situasi dan
orang-orang baru, reaksi emosional, kepekaan terhadap rangsangan, kualitas
suasana hati, dan jangkauan perhatian.[8]
c.
Perkembangan
otonomi
Menurut
Chaplin (2002), otonomi adalah kebebasan individu manusia untuk memilih, untuk
menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan menentukan dirinya
sendiri. Menurut Erikson,. Pada tahap
ini, bayi tidak hanya dapat berjalan, tetapi mereka juga dapat memanjat,
membuka dan menutup , menjatukan, menolak dan menarik, memegang otonomi atau
kemandirian merupakan tahap ke dua perkembangan psikososial yang berlangsung
pada akhir masa bayi dan masa baru pandai berjalan. Otonomi dibangun di atas
perkembangan kemampuan mental dan kemampuan motorikdan melepaskan. Bayi merasa
bangga dengan prestasi ini dan ingin melakukan segala sesuatu sendiri.
Selanjtnya mereka juga dapat belajar mengendalikan otot mereka dan dorongan
keinginan diri mereka sendiri.[9]
Dengan
demikian, setelah memperoleh kepercayaan
dari pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik
mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan rasa mandiri atau otonomi mereka.
Mereka menyadari kemauan mereka. Pada
tahap ini bila orang tua selalu memberikan dorongan kepada anak agar dapat
berdiri di atas dua kaki mereka sendiri, sambil melatih kemampuan-kemampuan
mereka, maka anak akan mampu mengembangkan pengendalian atas otot,
dorongan, lingkungan dan diri sendiri
(otonom).
Sebaliknya,
jika orang tua cenderung menuntut terlalu banyak atau terlalu membatasi hak
untuk menyelidiki lingkungannya, maka anak akan mengembangkan suatu rasa malu
dan ragu-ragu yang berlebihan tentang kemampuan mereka untuk mengendalikan diri
mereka sendiri dan dunia mereka.
Erikson
yakin tahap otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu memiliki implikasi yang
penting bagi perkembangan kemandirian dan identitas selama remaja. Perkembangan
otonomi selama tahun-tahun balita memberi
remaja dorongan untuk menjadi individu yang mandiri , yang dapat
memiliki dan menentukan masa depa mereka
sendiri. Meskipun demikian menurut Santrock (1995), terlalu banyak otonomi sama
bahayanya dengan terlalu sedikit otonomi. Pada tahap ini jika bayi mempercayai
pengasuhnya, mereka akan menegaskan independensi dan menyadari kehendaknya
sendiri. Jika bayi terlalu banyak dibatasi, mereka akan mengembangkan sikap
malu dan ragu. Tahap ini berlangsung ketika bayi berusia sekitar 1-2 tahun.[10
B.
Perkembangan Masa
Anak-anak
Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Universitas Otago, di Dunedin New Zeland pada
1000 anak-anak yang diteliti selama 23 tahun dan diamati kepribadiannya, dan
diteliti kembali pada usia 18 dan 21 tahun, dan kemudian ketika mereka berusia
26 tahun. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak-anak yang ketika
usia 3 tahun telah diagnosa sebagai uncontrollable toddlers (anak yang
sulit diatur, pemarah dan pembangkang), ternyata ketika usia 18 tahun menjadi
remaja yang bermasalah, agresif, dan mempunyai masalah pergaulan. Pada usia 21
tahun mereka sulit membina hubungan sosial dengan orang lain dan ada yang
terlibat dalam tindakan kriminal. Begitu pula sebaliknya anak-anak usia 3 tahun
yang sehat jiwanya, ternyata setelah dewasa menjadi orang—orang yang berhasil
dan sehat jiwanya[11]
Masa anak-anak
dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh dengan ketergantungan, yakni
kira-kira usia 2 -13 tahun. Sejumlah ahli membagi masa anak-anak menjadi dua,
yaitu masa anak-anak awal dan masa
anak-anak akhir. Masa anak-anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, dan masa
anak-anak akhir dari usia 6 tahun sampai
anak matang secara seksual[12]
C.
Perkembangan
Masa Anak-anak Awal (umur 2-6 tahun)
a.
Perkembangan
Fisik
Perkembangan
masa anak-anak awal atau sering disebut dengan masa prasekolah, yakni usia 2-6
tahun[13]
Selama masa anak-anak awal, pertmbuhan fisik berlangsung lambat dibandingkan
dengan tingkat pertumbuhan selama masa bayi. Pertumbuhan fisik yang lambat
dipengaruhi oleh asupan gizi yang kurang memadai maupun imunisasi yang tidak
teratur.[14]
Mussen, conger
& Kagan dalam Samsunuwiyati (2013:128) menyatakan:
Tinggi
rata-rata anak bertumbuh 2,5 inci dan berat bertambah antara 2,5 hingg 3,5 kg
setiap tahunnya. Pada usia 3 tahun, tinggi anak sekitar 38 inci dan beratnya
sekitar 16,5 kg. Pada usia 5 tahun, tinggi anak mencapai 43,6 inci dan beratnya
21,5 kg.
Ketika anak
usia prasekolah bertumbuh makin besar, persentase pertumbuhan dalam tinggi dan
berat berkurang setiap tahun. Selama masa ini baik laki-laki maupun perempuan
terlihat makin langsing sementara batang tubuh mereka makin panjang.
Pertumbuhan
otak dan perkembangan sistem saraf berkelanjutan terjadi pada awal masa
anak-anak. Pada usia 2 tahun, ukuran otaknya rata-rata 75% dari otaknya orang
dewasa dan pada usia 5 tahun ukuran otaknya telah mencapai sekitar 90% otak
orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat saraf
yang berujung di dalam dan di antara daerah-daerah otak serta pertambahan
myelination, yaitu suatu proses di mana sel-sel urat saraf ditutup dan disekat
dengan lapisan sel-sel lemak. Beberapa ahli psikologi perkembangan percaya
bahwa myelination adalah penting dalam
pematangan sejumlah kemampuan anak karena proses ini berdampak pada peningkatan
kecepatan informasi[15].
Hasil riset
otak mutakhir bahwa pada masa 3 tahun pertama adalah membangun fondasi struktur
otak yang berdampak permanen. Ketika anak dilahirkan ada 100 milyar neuron dan
50 triliun synapse, dan selanjutnya ada
1000 triliun synapse yang dibentuk. Synapse akan menetap bila membentuk sirkuit
aktif atau sering berfungsi, sedangkan
sirkuit fungsional dibentuk melalui stimulasi yang konsisten, teratur berulang
dan tuntas (selesai). Peran aktif pengasuh sangat penting untuk menstimulasi pengalaman
anak yakni mengulang aktivitas yang sama dan mengeksplorasi hal-hal baru.[16]
Yang menentukan
kecerdasan adalah jumlah interkoneksi (hubungan antar sel syaraf) bukan jumlah
sel otak ataupun ukurannya. Maxwell Malt seorang peneliti asal Amerika dalam
Ratna Megawangi (2008:9) mengatakan: “Jika manusia dapat mengaktifkan sekitar
7% dari sel otaknya, maka gambaran kecerdasan orang itu adalah bisa menguasai
12 bahasa dunia, memiliki 5 gelar kesarjanaan dan hafal ensiklopedi lembar demi
lembar”. Adapun makanan otak hanya ada empat yaitu:
1.
Oxygen : Otak
dapat bekerja secara optimal dengan latihan fisik
2.
Nutrition:
Menyuplai energi untuk otak seperti: DHA, Asam Folat, zat besi dll
3.
Love: Otak
dapat bertahan dan tumbuh (sistem syaraf mental)
4.
Information:
menjadikan otak tumbuh dan berkembang.
Perkembangan
fisik anak ditandai dengan berkembangnya ketrampilan motorik, baik kasar maupun
halus. Usia 3 tahun anak sudah bisa berjalan dengan baik, usia 4 tahun anak
hampir menguasai cara berjalan orang dewasa, dan usia 5 tahun anak sudah
terampil menggunakan kakinya untuk berjalan dengan berbagai cara, seperti
maju-mundur, berlari, melompat dll, begitu juga mereka dapat melakukan tindakan
tertentu secara akurat seperti menangkap bola, menggunting, menggambar dll.
b.
Perkembangan
Kognitif
Dengan
meningkatnya kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan karena bertambah
besarnya kordinasi dan pengendalian motorik yang disertai dengan meningkatnya
kemampuan bertanya dengan menggunakan kata-kata yang dimengerti orang lain,
maka dunia kognitif anak berkembang pesat, makin kreatif, bebas dan imajinatif.
Peningkatan pengertian anak tentang orang, benda dan situasi baru diasosiasikan
dengan arti-arti yang telah dipelajari selama masa bayi.
Ø Teori Piaget
Dalam teori
perkembangan kognitif, Piaget
menjelaskan, bahwa masa anak-anak awal
dinamakan tahap praoperasional (praoperational stage), yakni menunjukkan
keterbatasan anak pada aktivitas mental yang memungkinkan anak memikirkan
pengalaman-pengalaman yang dialaminya. Pemikiran Praoperasional dibagi ke dalam
dua subtahap, yaitu subtahap prakonseptual dan subtahap pemikiran intuitif[17]
Subtahap
prakonseptual disebut juga dengan pemikiran simbolik (symbolic though)
terjadi pada anak usia 2-4 tahun dengan karakteristik utama ditandai dengan
munculnya sistem-sistem lambang atau simbol misalnya menggambarkan pisau yang
terbuat dari plastik adalah sesuatu yang nyata, mewakili pisau yang
sesungguhnya. Kata pisau sendiri bisa mewakili sesuatu yang abstrak seperti
dari bentuk atau tajamnya. Sedangkan tulisan “pisau” akan memberikan tanggapan
tertentu.
Kemunculan
fungsi simbolis ditunjukkan dengan perkembangan bahasa yang cepat, permainan
imajinatif dan peningkatan dalam peniruan. Perkembangan bahasa dalam fase
prakonseptual dianggap sebagai hasil perkembangan simbolisasi. Ketika simbol
penggunaan bahasa dimulai , maka terjadi peningkatan dalam kemampuan memecahkan
masalah dan belajar dari kata-kata lain.
Subtahap
Intuitif terjadi pada anak usia 4-7 tahun. Pada tahapan ini simbol-simbol anak
meningkat kompleks, namun proses penalaran dan pemikirannya masih mempunyai
ciri-ciri keterbatasan tertentu dan karakteristik lain adalah pemusatan
perhatian pada satu dimensi dan mengesampingkan dimensi yang lain (centration).
Serangkaian
pertanyaan yang diajukan anak, menunjukkan perkembangan mentalnya dan
mencerminkan rasa keingintahuan intelektual, serta menandai munculnya minat
anak-anak dalam penalaran.
Pengetahuan anak
akan dibangun (Constructivism) melalui pengalaman/ action konkrit.
Setiap pengalaman baru akan membangun pengetahuannya melalui proses asimilasi,
yakni mengetahui sesuatu karena sudah ada pengalaman sebelumnya dan proses akomodasi,
yakni proses memodifikasi apa yang diketahui sebelumnya karena menghadapi
fenomena baru[18].
Ø Perkembangan
Persepsi
Pada periode
prasekolah, penglihatan merupakan sumber informasi penting mengalami
peningkatan. Persepsi visual ini terjadi melalui dua cara/bentuk. Pertama Diskriminasi
visual (visual discrimination), yaitu kemampuan untuk melihat
perbedaan-perbedaan terhadap yang mereka lihat. Kedua, Integrasi visual
(visual integration), yaitu kemampuan untuk mengkordinasikan beberapa
penglihatan dengan tindakan-tindakan fisik secara tepat namun dengan
keterbatasan[19].
Contohnya, untuk berkomentar tentang lukisannya maka anak akan berhenti sejenak
dari pekerjaannya karena tidak dapat melakukan pekerjaan sambil berbicara.
Pada tahapan
ini pendengaran anak prasekolah lebih cepat dari persepsi visualnya, pada usia
2-3 tahun ketajaman pendengaran anak pada umumnya telah berkembang sangat baik,
mampu mendengarkan suara kecil atau lunak seperti halnya orang dewasa.
Ø Perkembangan Memori
Mengukur memori
anak-anak lebih mudah dibandingkan dengan bayi, karena anak-anak telah dapat
memberikan reaksi secara verbal namun masih kesulitan memahami
perintah-perintah dalam pelaksanaan tugas. Dalam memori jangka pendek (short-term
memory), kekuatan anak menyimpan informasi selama 15 hingga 30 detik,
dengan asumsi tidak ada latihan atau pengulangan. Memori rekognisi (recognition), yakni suatu
kesadaran bahwa suatu objek itu sudah dikenalnya atau sudah dipelajarinya pada
masa lalu. Anak usia 4 tahun mencapai ketepatan 75% dari waktunya dalam
merekognisi gambar-gambar yang telah diperlihatkan satu minggu sebelumnya. Hal
ini menunjukkan bahwa anak-anak memiliki memori rekognisi yang baik sekalipun
telah mengalami penundaan untuk jangka waktu yang lama. [20]
Ø Perkembangan Atensi
Atensi (attention)
merupakan sebuah konsep multidimensional yang digunakan untuk menggambarkan
perbedaan ciri-ciri dan cara-cara merespons dalam sistem kognitif. Atensi pada
anak telah berkembang sejak masa bayi. Aspek –aspek atensi yang berkembang pada masa bayi ini memiliki arti yang sangat
penting selama tahun-tahun prasekolah. Hilangnya atensi (habituation) dan
pulihnya atensi (dishabituation) bila diukur pada 6 bulan pertama masa
bayi, berkaitan dengan tingginya kecerdasan pada tahun-tahun prasekolah
Ø Perkembangan Bahasa
Pada fase
prakonseptual, pemikiran simbolis
anak-anak mengalami perkembangan bahasa yang pesat. Penguasaan kosa kata anak
juga meningkat pesat. Anak mengucapkan kalimat yang makin panjang dan makin
bagus. Schaerlaekens dalam Mar’at
(2013:139) mengatakan bahwa membedakan
perkembangan bahasa pada masa anak-anak ada tiga, yaitu periode pra-lingual
(kalimat satu kata), periode lingual awal (kalimat dua kata) dari 1
hingga 2,5 tahun, dan periode differensiasi (kalimat tiga kata dengan
bertambahnya diferensiasi pada kelompok kata dan kecapan verbal)
c.
Perkembangan
Psikososial
Masa awal
anak-anak ditandai dengan perkembangan psikososial yang cukup pesat disamping
perkembangan fisik dan kognitif di
antaranya permainan, hubungan dengan orang lain dan perkembangan moral.
Permainan
merupakan bentuk aktivitas sosial yang dominan pada awal masa anak-anak.
Hetherington & Parke dalam Mar’at (2013:141) mendefinisikan: “Permainan
bagi anak-anak adalah suatu bentuk aktivitas yang menyenangkan yang dilakukan
semata-mata untuk aktivitas sendiri, bukan karena ingin memperoleh sesuatu yang
dihasilkaan dari aktivitas tersebut”. Permainan memiliki tiga fungsi utama
yaitu:
Ø Fungsi Kognitif Permainan, membantu perkembangan kognitif anak
sehingga dapat menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek di sekitarnya
dan belajar memecahkan masalah yang dihadapinya.
Ø Fungsi Sosial Permainan, dapat meningkatkan perkembangan sosial
anak khususnya dalam permainan fantasi (bermain peran) anak belajar memahami
orang lain.
Ø Fungsi Emosi Permainan, memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian
dari masalah emosionalnya, belajar mengatasi kegelisahan dan konflik batin.
Menurut
pakar teori kognitif mengidentifikasi 4 macam permainan yang berkembang sejalan
dengan tahap-tahap perkembangan kognitif yaitu:
1.
Permainan
Fungsional (functional play), yakni gerakan yang diulang-ulang seperti
anak berlari-lari di sekitar arena permainan tanpa suatu alasan yang jelas
kecuali hanya karena kesenangan berlari semata.
2.
Permainan
Konstruktif (constructive play), bentuk permainan yang menggunakan objek-objek
fisik untuk membangun atau membuat sesuatu.
3.
Permainan
Dramatik (dramatic play), bentuk permainan yang dilakukan secara
berpura-pura (bermain peran)
4.
Permainan
dengan aturan (games with play), Permainan dengan aturan dan sering kali berkompetisi dengan satu atau
lebih.
Ø Perkembangan
Hubungan dengan orangtua
Pada masa
prasekolah hubungan orangtua atau
pengasuhnya merupakan dasar bagi perkembangan emosional dan sosial anak. Salah satu aspek penting
dalam hubungan orangtua dan anak adalah gaya /pola pengasuhan, yakni cara
pengasuh dalam memberikan asuhan kepada anak meliputi: (1)pola asuh makan, (2)
pola asuh afeksi, (3) pola asuh disipin, (4) pola asuh sosial dan (5) pola asuh
rangsangan mental.
Pengasuhan
menurut D. Baumrind dalam Ratna Megawangi (2008: 15) terbagi menjadi tiga yaitu
autoritarian, permissive dan autoritatif.
1.
Autoritarian (otoriter), Orangtua membuat semua keputusan, kaku, anak harus
patuh dan tidak boleh bertanya sehingga anak kehilangan kebebasan dan
kemandirian untuk bertingkah laku karena aturan yang tidak fleksibel
2.
Permissive (permisif), Anak diberi kebebasan penuh untuk mengungkapkan
keinginan dan kemauannyaserta diberi kebebasan untuk memilih.
3.
Autoritatif (demokrasi), orangtua menjelaskan tuntutannya kepada anak,
responsif terhadap anak, menyusun standar yang jelas, mengawasi dan mengarahkan
tingkah laku.
Ø Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya.
Perkembangan
psikososial dan kepribadian sejak usia prasekolah hingga akhir masa sekolah
ditandai oleh semakin meluasnya pergaulan sosial, terutama dengan teman sebaya.
Teman sebaya (peer) sebagai sebuah kelompok sosial sering didefinisikan sebagai
semua orang yang memiliki kesamaan sosial atau yang memiliki kesamaan ciri-ciri
seperti kesamaan tingkat usia.[21]
Hubungan sosial
dengan teman sebaya memiliki arti sangat penting bagi perkembangan pribadi
anak. Fungsi kelompok teman sebaya yang paling penting adalah menyediakan suatu
sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga. Anak-anak
menerima umpan balik tentang kemampuan-kemampuan mereka dari kelompok teman
sebaya. Anak-anak mengevaluasi apakah yang mereka lakukan lebih baik, sama atau
lebih jelek dari anak-anak lain. Orang lain dijadikan tolok ukur untuk membandingkan
dirinya. Proses perbandingan sosial ini merupakan dasar dari pembentukan rasa
harga diri dan gambaran diri anak.
Ø Perkembangan Moral
Seiring dengan
perkembangan sosial, anak-anak usia prasekolah juga mengalami perkembangan
moral. Santrock dalam Mar’at (2013:149) menjelaskan bahwa “perkembangan moral adalah perkembangan yang
berkaitan dengan atauran dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain”. Anak-anak ketika dilahirkan
tidak memiliki moral, tetapi dalam dirinya
terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan.
Perkembangan
moral anak-anak prasekolah dibagi dua fase yaitu: 1). fase berfikir egosentris
(self-oriented Moralit)), 2). fase patuh tanpa syarat
(authority-oriented morality).[22]
1)
Fase Berfikir
Egosentris
Lickona
mengatakan fase ini berkisar pada usia 4 tahun, sedangkan Kohlberg bisa bermula
dari 1-5 tahun yang disebut masa pre-conventional morality, yaitu
tahapan reward and punihment (hadiah dan hukuman). Menurut Erikson anak
pada usia 1-3 tahun adalah masa pembentukan autonomy versus shame and doubt
(kemandirian lawan malu dan keraguan). Pada masa ini anak mau berbuat baik
kalau ada insentif (hadiah atau pujian), dan takut mendapatkan hukuman kalau
bersalah. Anak yang terlalu banyak dilarang dan dimarahi tidak akan terbentuk
rasa kemandiriannya, sehingga anak menjadi pemalu dan tidak percaya diri.
menghadapi anak ini adalah dengan memberi arahan lembut dan tegas dan
memberikan alasan yang jelas mengapa sebuah perbuatan dilarang dilakukan.
2)
Fase Patuh
Tanpa Syarat (authority- oriented morality)
Menurut
Brofenbenner fase ini disebut authority- oriented morality (moralitas
berdasarkan figur otoritas), yaitu anak percaya sekali kepada definisi baik dan
buruk menurut figur otoritas, seperti orangtua dan guru. Menurut Thomas
Lickona, fase ini berkisar antara usia 4,5 -6 tahun. Yang disebut fase patuh
tanpa syarat. Anak-anak pada usia ini lebih mudah menurut dan di ajak kerja
sama, sehingga mereka mudah mengerjakan perintah orangtua dan guru. Pada masa
ini Erikson menyebutnya sebagai fase iniative versus guilt (inisiatif lawan
rasa bersalah). Mereka harus diberi kesempatan untuk memilih dan menyalurkan
kreativitasnya. Mereka dapat diberikan tanggungjawab atas perilakunya, mainan
serta hewan peliharaannya.
Pada usia
berikutnya (6,5-8 tahun), Thomas Lickona mengatakan bahwa ada perbedaan ciri
perkembangan moral pada tahap sebelumnya (4,5-6 tahun). Mereka berbuat baik
masih dalam tahap egosentris, yaitu untuk kepentingan pribadi dan membalas
kebaikan kepada yang berbuat baik kepadanya.
D.
Perkembangan
Masa Pertengahan dan Akhir Anak-anak
Masa
pertengahan dan akhir anak-anak merupakan kelanjutan dalam masa awal anak-anak.
Periode ini berlangsung dari usia 6 tahun hingga tiba saatnya individu menjadi matang
secara seksual. Permulaan periode ini
ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu sekolah dasar yang membawa
perubahan besar dalam pola kehidupannya seperti terjadinya perubahan dalam
sikap, nilai dan perilaku.[23]
a.
Perkembangan
Fisik
Sampai dengan
usia 6 tahun terlihat badan anak bagian atas berkembang lebih lambat daripada
bagian bawah. Selama masa akhir anak-anak, tinggi bertumbuh sekitar 5 hingga 6%
dan berat badan bertambah sekitar 10% setiap tahun. Pada masa ini peningkatan
berat badan anak lebih banyak daripada panjang badannya.
Pertumbuhan
fisik selama masa ini memberikan kemampuan pada anak-anak untuk berpartisipasi
dalam berbagai aktivitas baru, tetapi juga dapat menimbulkan
permasalahan-permasalan dan kesulitan-kesulitan secara fisik dan psikologi bagi
mereka. Pada usia 7-10 tahun koordinasi motorik halus anak berkembang. Pada
usia 10-12 tahun mereka memperlihatkan
gerakan-gerakan yang kompleks, rumit dan cepat untuk menghasilkan karya yang
kerajinan yang bermutu bagus.
b.
Perkembangan
Kognitif
Menurut teori
kognitif Piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah dasar disebut pemikiran
operasional konkrit (concrete operational thought). Yang dimaksud dengan
operasi adalah hubungan-hubungan logis di antara konsep-konsep atau skema-skema
. sedangkan operasi konkrit adalah aktifitas mental yang yang difokuskan pada
objek-objek yang nyata atau konkrit dapat diukur.
Johnson &
Medinnus dalam Mar’at (2013:156) berpendapat bahwa Anak-anaak pada masa konkrit
operasional ini telah mampu menyadari konservasi, yakni kemampuan anak untuk
berhubungan dengan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak karena pada masa
ini anak telah mengembangkan tiga macam proses yang disebut dengan operasi:
negasi/ negation (anak memahami proses
apa yang terjadi di antara kegiatan itu dan memahami hubungan-hubungan antara
keduanya), resiprokasi (hubungan timbal balik) dan identitas (sudah bisa
mengenal satu persatu benda-benda yang ada pada deretan-deretan itu).
Istilah Emotional
Intellegence yang dipopulerkan oleh Daniel Goleman berdasarkan hasil
penelitian tentang neurolog dan psikolog yang menunjukkan bahwa kecerdasan
emosional sama pentingnya dengan
kecerdasan intelektual. Goleman berkesimpulan bahwa manusia memiliki dua
potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional[24].
Dengan
berkembangnya teknologi pencitraan otak / brain imaging (sebuah
teknologi yang kini membantu para ilmuwan dalam memetakan hati manusia) semakin
memperkuat keyakinan bahwa otak memiliki bagian rasional dan emosional yang
saling bergantung.
Kecerdaasan
emosional merujuk pada kemampuan perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain,
kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik
pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi
mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda tetapi saling melengkapi dengan
kecerdasan akademik yaitu kemampuan –kemampuaan kognitif murni yang diukur
dengan IQ. Banyak oarang cerdas (IQ) tetapi tidak mempunyai kecerdasan emosi,
sehingga dalam bekerja ia menjadi bawahan orang yang ber IQ lebih rendah tetapi unggul dalam ketrampilan
kecerdasan emosi.
c.
Perkembangan
Psikososial
Pada masa ini
mereka mulai sekolah dan mereka sudah mempelajari sesuatu yang berhubungan
dengan manusia serta mulai mempelajari berbagai ketrampilan praktis. Relasi
dengan keluarga dan teman sebaya terus memainkan peranan penting. Sekolah dan
relasi relasi dengan para guru menjadi
aspek kehidupan anak yang semakin terstruktur. Pemahaman anak terhadap diri
(self) berkembang dan perubahan-perubahan gender dan perkembangan moral
menandai perkembangan anak.
Erikson
berpendapat bahwa pada masa usia ini (6 tahun sampai pubertas awal) anak berada
pada tahap industry versus inferiority. Kalau pada tahapan sebelumnya
anak akan merasa gembira dapat berinisiatif untuk memulai sesuatu, pada tahapan
perkembangan selanjutnya adalah anak merasa puas kalau telah selesai
mengerjakan sesuatu. Erikson mengingatkan bahwa usia ini adalah usia yang
paling genting karena apabila orangtua atau guru tidak dapat menanamkan sense
of industry (rasa mampu untuk melakukan tugas), anak akan menjadi rendah diri
(inferior) yang akan terbawa sampai usia dewasa.[25]
Thomas Lickona
mengatakan masa ini bisa berlangsung pada usia 8,5 sampai 14 tahun dan akan mengalami
Fase Memenuhi Harapan Lingkungan (Peer-
oriented Morality)
Jika pada fase sebelumnya kebenaran ditentukan oleh figur otoritas,
pada tahap ini menurut Bronfenbrenner ditentukan oleh lingkungan sebayanya (peer
group). Anak-anak pada fase ini ingin diterima oleh kawan-kawannya,
sehingga tindakannya cenderung ingin disesuaikan dengan apa yang diharapkan
oleh lingkungan sebayanya. Anak sudah mengerti moral baik dan buruk (golden
rule), tetapi lebih didorong oleh keinginan untuk dikatakan anak baik oleh
lingkungannya.
E.
Implikasinya
dalam Pendidikan
Ada
pepatah mengatakan bahwa mengajarkan
anak-anak kecil ibaratnya seperti menulis di atas batu yang terus akan berbekas
sampai usia tua. Thomas Lickona
menyatakan: “ Walaupun jumlah anak-anak
hanya 25 % dari total jumlah penduduk, tetapi menentukan 100% masa depan” oleh
karena itu pendidikn sedini mungkin kepada anak-anak adalah kunci utama untuk
membangun bangsa.
Nurture, Faktor
lingkungan, yaitu usaha memberikan pendidikan dan sosialisasi sangat berperan
di dalam menentukan “buah seperti apa yang akan dihasilkan nantinya dari seorang anak. Dalam pendidikan dan pengasuhan
perlu kita pertanyakan: apakah kita ingin merawat fitrah kebaikan sehingga
dapat tumbuh menjadi “pohon” yang kuat,
atau kita diamkan saja dengan tidak “merawat”nya sehingga anak itu menjadi
kerdil, atau kita ingin okulasi dengan sifat-sifat keburukan kepada anak?
Anak-anak usia dini memiliki potensi untuk berkembang, dalam proses
tumbuh kembangnya pasti akan dikelilingi oleh sifat-sifat buruk yang beruasaha
tumbuh menyaingi pertumbuhan fitrah tersebut. Maka sejak usia dini harus
dirawat dan dididik dengan niali yang akan menyuburkan fitrah (kesucian
manusia) untuk tumbuh kokoh.
Pendidikan yang
dilakukan di sekolah dapat memberikan arahan mengenai konsep baik dan buruk
sesuai dengan tahap perkembangan umur anak, maka selayaknya setiap sekolah
Taman Kanak-kanak da sekolah dasar dapat menerapkan pendidikan karakter di
sekolah
F.
Perkembangan Masa
Remaja
Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode
transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada
usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22
tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat
dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan
karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan
kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan
identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis)
dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
Dilihat dari bahasa inggris
"teenager", remaja artinya yakni manusia berusia belasan tahun.
Dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan pendidik
sebagai bagian masyarakat yang
lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan remaja
menuju kedewasaan.
Remaja juga berasal dari kata
latin "adolensence" yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.
Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional,sosial, dan fisik (Hurlock,
1992). Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan
orang tua karena sudah tidak termasuk golongan anak tetapi belum juga berada
dalam golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh
Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Menurut
Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa
anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk
memasuki masa dewasa.Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan
21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun
bagi pria.
Sedangkan
menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah: Masa peralihan di antara masa
kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan
ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah
matang.
Hal
senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia
remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang
waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu:
Masa remaja awal, 12 - 15 tahun
Masa remaja
pertengahan, 15 – 18 tahun
Masa remaja
akhir, 18 – 21 tahun
Tetapi Monks, Knoers, dan
Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10
– 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18
tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006:192) Definisi yang
dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock
tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa
anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana
pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun
psikologis.
1.
REMAJA AWAL ( Teenager )
a.
Perkembangan Fisik
Terjadi pertumbuhan fisik yang
pesat
Dalam jangka 3-4 tahun anak bertumbuh
hingga tingginya hampir menyamai tinggi orangtua.
Pertumbuhan anggota badan dan otot-otot sering tidak
seimbang.
Pada laki-laki mulai memperlihatkan penonjolan
otot-otot pada dada, lengan, paha dan betis. Pada wanita mulai
menunjukkan mekar tubuh yang membedakannya dengan tubuh kanak-kanak.
Dalam hal kecepatan pertumbuhan, terutama nampak jelas
dalam usia 12-14 tahun remaja putri bertumbuh demikian cepat meninggalkan
pertumbuhan remaja pria.
Dalam masa pertumbuhan ini baik remaja pria maupun remaja
wanita cenderung ke arah memanjang dibanding melebar.
Kematangan kelenjar
seks pada usia 11/12 th – 14/15 th. Biasanya pertumbuhan itu lebih cepat pada
remaja putri dibanding remaja putra.
·
Pubertas
Pubertas adalah periode pada masa remaja awal yang dicirikan
dengan perkembangan kematangan fisik dan seksual sepenuhnya (Seifert &
Hoffnung, 1987). Pubertas ditandai dengan terjadinya perubahan pada
ciri-ciri seks primer dan sekunder.
Ciri-ciri seks primer memungkinkan terjadinyanya reproduksi. Pada wanita, ciri-ciri ini meliputi perubahan pada
vagina, uterus, tube fallopi, dan ovari. Perubahan ini ditandai dengan
munculnya menstruasi pertama. Pada pria, ciri-ciri ini meliputi perubahan pada
penis, scrotum, testes, prostate gland, dan seminal vesicles. Perubahan ini
menyebabkan produksi sperma yang cukup sehingga mampu untuk bereproduksi, dan
perubahan ini ditandai dengan keluarnya sperma untuk pertama kali (biasanya
melalui wet dream).
Ciri-ciri seks sekunder meliputi perubahan pada buah dada, pertumbuhan
bulu-bulu pada bagian tertentu tubuh, serta makin dalamnya suara. Perubahan ini
erat kaitannya dengan perubahan hormonal. Hormon adalah zat kimia yang
diproduksi oleh kelenjar endokrin, kemudian dilepaskan melalui aliran darah
menuju berbagai organ tubuh.
Kelenjar seks wanita (ovaries) dan pria (testes) mengandung sedikit hormon.
Hormon ini berperan penting dalam pematangan seksual. Kelenjar pituitary (yang
berada di dalam otak) merangsang testes dan ovaries untuk memproduksi hormon
yang dibutuhkan. Proses ini diatur oleh hypothalamus yang berada di atas batang
otak.
b.
Perkembangan Kognitif (Teori Piaget: formal operational thought)
Learner & Hustlsh) dalam Samsunuwiyati[26]Pemikiran
masa remaja telah mencapai tahap pemikiran operasional formal (formal operational thought), yakni suatu
tahap pengembangan kognitif yang dimulai pada usia kira-kira 11 atau 12 tahun
dan terus berlanjut sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa. Pada tahap
ini anak sudah dapat berfikir secara abstrak dan hipotesis. Pada masa ini, anak
sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang
abstrak.
Pada tahap ini remaja juga sudah mampu berfikir
secara sistematik, mampu memikirkan semua kemungkinan secara sistematis untuk
memecahkan permasalahan.
Dacey & Kenny dalam Samsunuwiyati mengatakan
bahwa kognisi sosial yakni kemampuan untuk berpikir secara kritis mengenai
isu-isu dalam hubungan interpersonal, yang berkembang sejalan dengan usia dan
pengalaman, serta berguna untuk memahami orang lain dan menentukan bagaimana
melakukan interaksi dengan mereka.[27]
c.
Perkembangan Moral (Peer –Oriented Morality)
Pada fase sebelumnya kebenaran ditentukan oleh
figur otoritas, pada tahap ini menurut Bronfenbrenner ditentukan oleh
lingkungan sebayanya (peer group). Kohlberg
menyebutnya dengan fase anak baik (good
boy/good girl stage). Anak-anak pada fase ini ingin diterima oleh
kawan-kawannya, sehingga tindakannya cenderung ingin disesuaikan dengan apa
yang diharapkan oleh lingkungan sebayanya. Pada masa ini anak sudah mengerti
moral baik dan buruk (golden role),
tetapi lebih didorong oleh keinginan untuk dikatakaan anak baik oleh
lingkungannya. Thomas Lickona mengatakan masa ini bisa berlangsung pada usia
8,5 sampai 14 tahun.[28]
Erikson mengatakan Fase ini masih masuk dalam
kategori industry versus inferiority. Namun
sejak usia 12 tahun sampai usia 20 tahun, anak akan menempuh fase identity versus confusion (mencari
identitas diri lawan kebingungan). Apabila pada masa sebelumnya seorang anak
sudah merasa mampu dan percaya diri, maka perkembangan selanjutnya akan mudah
baginya untuk mencari identitas diri. Konsep diri yang positif atau bagaimana
ia menilai dirinya, akan meningkatkan ttingkat kepercayaan dirinya (self esteem).[29]
2.
REMAJA AKHIR ( masa Adolessence
)
a.
Perkembangan Fisik
Masa remaja
akhir adalah masa transisi perkembangan antara masa remaja menuju dewasa yang
pada umumnya dimulai pada usia 17-22 tahun. Pada masa ini terjadi
proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan orang
tua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan
orientasi masa depan. (Anna Freud, dalam buku Hurrlock).
Adolessense
berasal dari kata adolescere yang artinya: “tumbuh”, atau
”tumbuh menjadi dewasa” untuk mencapai “kematangan”,
kematangan adolessense mempunyai arti luas mencakup kematangan mental, emosional,
seksual dan fisik.[4]Pada
masa adolessense ini adalah masa terjadinya proses peralihan dari masa remaja
atau pemuda ke masa dewasa. Jadi masa ini merupakan masa penutup dari masa
remaja atau pemuda. Masa ini tidak berlangsung lama, oleh karena itu dengan
kepandaiannya, seseorang yang dalam waktu relatif singkat sekali telah sampai
kemasa dewasa.
Banyak
pendapat tentang
masa adolescence ini, akan tetapi pada umumnya, berkisar
17,0-19,0/21,0 tahun. Pada masa adolescence ini sudah mulai
stabil dan mantap, ia ingin hidup dengan modal keberanian, anak mengenal
aku-nya, mengenal arah hidupnya, serta sadar akan tujuan yang dicapainya,
pendiriannya sudah mulai jelas dengan cara tertentu. sikap kritis sudah semakin
nampak, dan dalam hal ini sudah mulai aktif dan objektif dalam melibatkan diri
ke dalam kegiatan-kegiatan dunia luar. Juga dia sudah mulai mencoba mendidik
diri sendiri sesuai pengaruh yang diterimanya. Maka dalam hal ini terjadi
pembangunan yang esensial terhadap pandangan hidupnya, dan masa ini merupakan
masa berjuang dalam menentukan bentuk/corak kedewasaannya
Pertumbuhan
fisik remaja akhir relatif berkurang dengan kata lain
tidak sepesat dalam masa remaja awal. Bagi
remaja pria pada usia 20 th dan remaja wanita 18 th keadaan tinggi badan
mengalami pertumbuhan yang lambat.
Mengalami keadaan
sempurna bagi beberapa aspek pertumbuhan dan menunjukkan kesiapan untuk
memasuki masa dewasa awal. Seperti badan dan
anggota badan menjadi berimbang, wajah yang simetris, bahu yang berimbang
dengan pinggul.
Saat ini, remaja mengalami perubahan fisik (dalam tinggi dan berat badan)
lebih awal dan cepat berakhir daripada orang tuanya. Kecenderungan ini disebut
trend secular. Sebagai contoh, seratus tahun yang lalu, remaja USA dan Eropa
Barat mulai menstruasi sekitar usia 15 – 17 tahun, sekarang sekitar 12 – 14
tahun. Di tahun 1880, laki-laki mencapai tinggi badan sepenuhnya pada usia
23 – 24 tahun dan perempuan pada usia 19 – 20 tahun, sekarang laki-laki
mencapai tinggi maksimum pada usia 18 – 20 dan perempuan pada usia 13 – 14
tahun.
Trend secular terjadi sebagai akibat dari meningkatnya faktor
kesehatan dan gizi, serta kondisi hidup yang lebih baik. Sebagai contoh,
meningkatnya tingkat kecukupan gizi dan perawatan kesehatan, serta menurunnya
angka kesakitan (morbiditas) di usia bayi dan kanak-kanak.
b.
Perkembangan Kognitif
Masa remaja merupakan periode kehidupan untuk
memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya. Hal
ini karena selama periode remaja proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan.
Sistem saraf yang berfungsi memproses informasi berkembang dengan cepat. Pada
masa ini terjadi reorganisasi lingkaran saraf prontal lobe (belahan otak bagian depan sampai pada belahan atau
celah sentral) prontal lobe ini
berfungsi dalam aktifitas kognitif tingkat tinggi. Seperti kemampuan merumuskan
perencanaan strategis atau kemampuan mengambil keputusan (Carol & David R,
1995)[30]
c.
Perkembangan Moral
Pada fase ini anak merasa bahwa ia mempunyai
tugas untuk menjaga keutuhan kelompoknya. Menurut Brofenbrenner, kesetiaan
kepada kelompok adalah kewajiban, sehingga kepentingan harus berada di atas
kepentingan pribadi. Kohlberg berpendapat bahwa fase ini disebut sebagai law and order stage, yaitu anak merasa
kesetiaan pada aturan-aturan kelompok adalah kewajibannya agar ketertiban dan
ketentraman masyarakat terjaga
Lickona mengatakan, orang pada tahap ini ingin
menjalankan tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat di mana ia berada,
karena ingin menjaga ketertiban masyarakat. Remaja yang mencapai tahapan moral
ini adalah mereka yang sudah tahu bagaimana berperilaku sebagai warga negara
yang baik. Tetapi berhubung masih menganggap keutuhan sistem sosialnya adalah
segalanya, maka loyalitas kepada sistem sosialnya menjadi segalanya. Ini
cenderung membawa kepada konsep: salah benar adalah negara saya, sehingga ia
berperilaku tidak adil kepada orang lain yang berbeda sistem sosialnya.[31]
d.
Perkembangan seksualitas
Santrock dalam Samsunuwiyati mengatakan bahwa
salah satu fenomena kehidupan remaja yang sangat menonjol adalah terjadinya
peningkattan minat dan motivasi terhadap seksualitas.[32]
Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap
kehidupan seksualitas sangat dipengaruhi oleh faktor perubahan-perubahan fisik
selama masa pubertas terutama adanya kematangan organ-organ seksual dan
perubahan-perubahan hormonal mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual
dalam diri remaja. Dorongan seksual remaja sangat tinggi, bahkan lebih tinggi
dari dorongan seksual orang dewasa.
e.
Perkembaangan Psikososial
Perubahan-perubahan yang dramatis pada aspek
fisik maupun kognitif di masa remaja
berpengaruh terhadap perkembangan
psikososial mereka. Erikson memberikan penekanan pada identitas vs kebingungan
identitas (identity vs identity confusion)
selama masa remaja. Hal ini karena tahap tersebut merupakan peralihan dari masa
anak-anak ke masa dewasa. Pembentukan identitas merupakan tugas utama dalam
perkembangan kepribadian yang diharapkan tercapai pada akhir masa remaja.
G.
Perkembangan Masa
Dewasa dan Tua ( Usia: 21-40; 40-60; 60-akhir hayat)
Masa dewasa awal (early adhulthood) ialah fase
perkembangan saat seorang remaja mulai memasuki usia dewasa, yakni usia 21-40
tahun
Fase perkembangan
setengah baya. Masa setengah baya (middle age) adalah masa yang
berlangsung antara usia 40 sampai 60 tahun. Di saat usia 40 tahun seseorang mengalami pubertas
kedua karena mereka senang lagi bersolek, suka bersikap dan berbuat
emosional/mudah marah dan bahkan jatuh cinta lagi.
Fase perkembangan
usia tua. Masa tua (old age) adalah fase terakhir kehidupan manusia.
Usia ini berlangsung antara usia 60 tahun sampai berhembusnya nafas terkhir
(akhir hayat). Mereka yang menginjak usia 60 tahun keatas yang dalam istilah
psikologi disebut “senescence” (masa tua) biasanya ditandai dengan
perubahan-perubahan kemampuan motorik yang . semakin merosot.
a.
Perkembangan Fisik
Pada awal masa dewasa kemampuan fisik
mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami penurunan selama periode ini. Mulai
dari sekitar usia 18 hingga 25 tahun, individu memiliki kekuatan yang terbesar,
gerak-gerak reflek mereka sangat cepat, kemampuan reproduktif mereka berada di
tingkat yang paling tinggi. Namun selama periode ini penurunan keadaan fisik
juga terjadi. Sejak usia 25 tahun perubahan fisik mulai terlihat. Perubahan ini
sebagian besar lebih bersifat kuantitatif daripada kualitatif. Secara
berangsur-angsur kekuatan fisik mengalami kemunduran, sehingga lebih mudah
terserang penyakit.
Bagi wanita, perubahan biologis yang
utama terjadi selama masa pertengahan dewasa adalah perubahan dalam hal
kemampuan reproduktif, yakni mulai mengalami menopouse atau berhentinya
menstruasi dan hilangnya kesuburan. Pada umumnya menopouse terjadi pada usia 50
tahun. Peristiwa menopouse disertai dengan berkurangnya hormon estrogen.
Bagi laki-laki proses penuaan selama
masa pertengahan dewasa tidak begitu kentara, karena tidak ada tanda-tanda
fisiologis dari peningkatan usia seperti berhentinya haid pada perempuan.
Laki-laki tetap subur sampai memasuki masa tua, hanya saja kemunduran fisik
juga terjadi secara berangsur-angsur , seperti berkurangnya air mani, dan
frekuensi orgasme yang cenderung merosot.
Pada masa tua atau masa dewasa akhir
sejumlah perubahan fisik semakin terlihat sebagai akibat dari proses penuaan, diantaranya
pada perubahan seperti rambut menjadi jarang dan beruban, kulit mengering dan
mengering, gigi hilang dan gusi menyusut, konfigurasi wajah berubah, tulang
belakang menjadi bungkuk. Kekuatan dan ketangkasan fisik berkurang,
tulang-tulang menjadi rapuh, mudah patah dan lambat untuk dapat diperbaiki
kembali. Sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga orangtua rentan terhadap
berbagai penyakit.
b.
Perkembangan
Kognitif
Pada usia tua sejumlah neuron, unit-unit sel dasar dari
sistem saraf menghilang. Menurut
Santrock diperkirakan bahwa 5% hingga 10% dari neuron kita berhenti tumbuh
sampai kita mencapai usia 70 tahun. Setelah itu hilangnya neuron akan semakin
cepat.
Hilangnya sel-sel otak diakibatkan oleh pukulan kecil,
tumor otak, minuman keras beralkohol, semua tersebut semakin merusak otak,
menyebabkan erosi mental yang sering disebut dengan kepikunan (senility).
Pada umumnya orang percaya bahwa proses kognitif- belajar,
memori, dan inteligensi mengalami kemerosostan , bersamaan dengan terus bertambahnya
usia. Sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan tentang
terjadinya kemerosotan proses kognitif bersamaan dengan penurunan kemampuan
fisik sebenarnya hanyalah salah satu stereotip budaya yang meresap pada diri
kita.
c.
Perkembangan
Psikososial
Selama masa dewasa dunia sosial dan personal dari individu
menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pola
dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang
lebih muda. Perbedaan ini bukan karena disebabkan perubahan fisik dan kognitif
yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa-peristiwa
kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selama periode ini
orang melibatkan diri secra khusus dalam karir, pernikahan dan hidup
berkeluarga. Menurut Erikson, perkembangan psikososial pada masa ini ditandai dengan
tiga gejala penting[33] yaitu:
1. Keintiman : selama
tahap keintiman ini nilai-nilai cinta muncul. Robert J. Sternberg mengemukakan
tentang tiga teori cinta yakni: gairah, keintiman dan komitmen
2. Generatif : tahap
generatif adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan (keturunan, ide-ide,
produk-produk dll) serta pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk
generasi mendatang. Pada usia 40-50 tahun merupakan masa paling produktif.
3. Integritas: Suatu
keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara sesuatu setelah berhasil
melakukan penyesuaian diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam
kehidupannya.
d.
Perkembangan moral
Menurut Garbarino
dan Bronfenbrenner, fase ini adalah tahapan moral tertinggi yang seharusnya
dicapai manusia, karena mengacu kepada prinsip moral universal, yaitu tidak
terganung pada kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok.[34]
Kohlberg
mengatakan tahapan ini sebagai tahapan universal
principles, yaitu komitmen penuh terhadap prinsip moral universal “tidak
pandang bulu”. Apabila ada konflik antara peraturan masyarakat/ kelompok yang
bertentangan dengan prinsip moral universal, maka orang yang sudah mencapai
tahapan moral ini akan berpegang teguh kepada prinsip moral universal, walaupun
harus bertentangan dengan kelompok/ masyarakat/ pemerintah.
Lickona berpendapat
seorang yang mempunyai tingkatan moral tertinggi, adalah mereka yang dapat
mempertahankan prinsip-prinsip moral yang menghargai hak azasi manusia,
walaupun harus bersebrangan dengan sistem sosialnya. Manuai yang sudah mencapai
tahapan ini tidak akan mudah terprovokasi atau termakan oleh propaganda dari
para pemimpinnya, karena kesadaran nuraninya hanya berpegang teguh pada
prinsip-prinsip moral yang menghargai
setiap manusia, walaupun berbeda sistem sosialnya. Namun Lickona menyayangkan
sedikitnya manusia yang dapat mencapai tahapan moral ini. [35]
H.
Persamaan dan
Perbedaan Psikologi Laki-laki dan perempuan
a.
Masa Bayi
1. Perbedaan Kemampuan
Motorik
·
Kemampuan motorik lebih kuat dimiliki
oleh anak laki-laki. sehingga mampu dan pandai dalam melakukan kegiatan
melompat dan memanjat daripada perempuan. itu disebabkan karena di area otak
laki-laki kemampuan berfikirnya mereka lebih baik.
·
Namun perempuan juga dapat melakukan sesuatu yang
lebih baik dari laki-laki apabila kemampuan motoriknya dilatih, seperti halnya
perempuan dapat dengan cepat makan sendirian dibandingkan dengan
laki-laki, bila sudah beranjak besar perempuan mampu untuk menulis,
membaca dan bahkan mengikat sepatu dengan cepat.
·
Pada usia 35 bulan anak perempuan sudah bisa buang air
sendiri ditoilet dibandingkan anak laki-laki baru bisa buang air sendiri pada
usia 39 bulan. karena sang ibu lebih cepat mengajarkan pada anak perempuann
2. Perbedaan Tingkah
Laku
·
Bayi perempuan cenderung lebih
mudah merasa tidak nyaman, apabila popoknya merasa basah atau demam akan lebih
rewel dibandingkan anak laki- laki, tetapi bukan berarti kita lantas menghakimi
mereka dan beranggapan bahwa anak perempuan sulit untuk dirawat, alangkah
baiknya apabila diberikan pelukan karena mereka sangat peka
·
Hormon oksitosin ( hormon yang menyebabkan keterikatan
pada manusia) dan hormon serotin ( hormon pemberi rasa nyaman) banyak di
produksi oleh perempuan, karena itru kenapa parempuan lebih suka dengan mainan
boneka bahkan lebih sayang terhadap adiknya, tidak seperti laki-laki yang lebih
menyukai mainan seperti mobil-mobilan dan sesuatu benda yang bergerak.
·
Bayi perempuan cernderung lebih akrab dan dekat dengan
orang dewasa, serta bermain dengan temannya walau dalam kelompok yang kecil dan
juga perempuan suka dengan suasana yang tenang, tetapi berbeda dengan anak
laki-laki, anak laki-laki cenderung lebih menyukai kegiatan seperti adu fisik,
oleh sebab itu anak laki-laki terkadang suka melempar mainannya, melompat serta
bermain kasar, dan tertarik bermain dengan kelompok yang lebih besar dan aktif
3. Mengenai Kesehatan
·
Hemangionas (penumpukan pembuluh darah yang
menimbulkan tanda lahir berwarna kemerahan) akan dialami oleh anak perempuan
dan resikonya lima kali lebih besar, pada usia sembilan tahun tanda itu dengan
sendirinya akan hilang atau bisa juga dihilangkan dengan laser ataupun disuntik
steroid
·
Mengidap hernia lebih besar beresiko terhadap anak
laki-laki, karena adnya rongga di daerah selangkangan akibat turunnya buah
pelir, hal ini terjadi ketika bayi masih di dalam rahim
·
Empat kali beresiko bayi perempuan terhadap dislokasi
tulang paha.
·
Anak perempuan baru bisa mengalami penyakit asma
apabila sudah menginjak remaja tetapi bagi anak laki-laki akan mengalami asma
pada saat mereka masih kanak-kanak. hormon testoteron anak perempuan
lebih banyak diproduksi sehingga dapat meregangkan otot pernapasan
·
Sering unculnya permasalahan pada kandung kemih akan
dialami anak perempuan, karena saluran urinenya lebih pendek dibandingkan
laki-laki oleh sebab itu bakteri akan mudah masuk ke kandung kemih dan dapat
infeksi
·
Laki-laki akan mencapai tinggi badan idealnya pada
usia 24 bulan, ini cenderung laki-laki pertumbuhannya lambat. tetapi perempuan
dapat mencapai tinggi ideal pada saat berumur 20 bulan, masa puber laki lakipun
lebih lambat 2 tahun dari perempuan
·
Bahkan anak perempuan dalam berbicara lebih cepat dari
pada anak laki-laki, hal ini dikarenakan perempuan mampu memanfaatkan pusat
bahasa dikedua belahan otaknya lebih cepat
b. Masa Anak-anak
·
Anak perempuan lebih peka bila ada
perempuan lain yang marah atau terluka, sementara laki-laki biasanya masih
harus secara nyata melihat air mata, wajah marah sebelum benar-benar mengerti
apa yang terjadi. Kepekaan wanita dalam memahami isyarat komunikasi yang halus
dan samar ini sering disebut sebagai ‘intuisi wanita’ yang sebenarnya adalah
kemampuan wanita yang luar biasa dalam mendeteksi detil dan perubahan perilaku
orang lain.
·
Dikutip dari situs www.babycenter.com
berdasarkan hasil beberapa penelitian didapatkan bahwa pada anak perempuan,
daerah otak yang membantu mengontrol bahasa dan emosi cenderung lebih besar. Daerah
ini akan terlihat aktif ketika melihat foto seseorang. Selain itu bagian otak
lain yaitu corpus callosum yang menghubungkan kedua sisi otak terlihat
lebih besar pada otak anak perempuan dibandingkan pada anak laki-laki.
·
Beberapa ilmuwan berpikir hal inilah
yang membuat anak perempuan cenderung menggunakan kedua sisi otak kiri dan
kanan dalam memecahkan suatu masalah. Sementara pada anak laki-laki ditemukan
bahwa bagian otak amigdala - otak yang berfungsi mengendalikan emosi
lebih dalam seperti rasa takut cenderung lebih besar.
·
Otak anak laki-laki tersekat-sekat
secara tegas dan berkemampuan untuk memilah dan menyimpan informasi dengan
rapi. Tapi otak anak perempuan tidak bekerja seperti itu. Cara yang bisa
dilakukan anak perempuan untuk mengidentifikasi masalah di pikirannya adalah
dengan membicarakannya. Jadi, ketika wanita berbicara tujuannya adalah sekadar
untuk menemukan atau memahami masalah, bukan untuk menyimpulkan atau mencari
solusi.
·
Anak perempuan dapat mengerjakan
beberapa hal sekaligus dalam waktu bersamaan. Seringkali ketika si upik duduk
menonton TV, mereka melakukannya sambil berbicara tentang banyak hal. Sedangkan
si buyung tidak bisa berbicara dan menonton TV secara bersamaan, harus satu-satu.
·
Anak perempuan berbicara menggunakan
perkataan tak langsung. Indirect speech ini adalah keahlian khusus para
perempuan dan dimaksudkan untuk membangun relationship dengan cara
menghindari konfrontasi frontal. Sementara kalimat pria cenderung pendek,
langsung, berorientasi solusi dan to the point dengan kosakata lebih
luas dan dibumbui banyak fakta.(Mom& Kiddie//ftr)
c. Masa Remaja
Interaksi dan persahabatan lebih
luas dengan teman sejenis dan lawan jenis. Munculnya konflik-konflik sebagai
akibat masa transisi dari masa anak menuju dewasa. Remaja akhir sudah mulai
dapat memahami, mengarahkan, mengembangkan, dan memelihara identitas diri.
·
Ciri-ciri Seks Primer
Perkembangan psikologi remaja pria mengalami
pertumbuhan pesat pada organ testis, pembuluh yang memproduksi sperma dan
kelenjar prostat. Kematangan organ-organ seksualitas ini memungkinkan remaja
pria, sekitar usia 14 – 15 tahun, mengalami “mimpi basah”, keluar sperma. Pada
remaja wanita, terjadi pertumbuhan cepat pada organ rahim dan ovarium yang
memproduksi ovum (sel telur) dan hormon untuk kehamilan. Akibatnya terjadilah
siklus “menarche” (menstruasi pertama). Siklus awal menstruasi
sering diiringi dengan sakit kepala, sakit pinggang, kelelahan, depresi, dan
mudah tersinggung. Psikologi remaja
·
Ciri-ciri Seks Sekunder
Perkembangan psikologi remaja pada
seksualitas sekunder adalah pertumbuhan yang melengkapi kematangan individu
sehingga tampak sebagai lelaki atau perempuan. Remaja pria mengalami
pertumbuhan bulu-bulu pada kumis, jambang, janggut, tangan, kaki, ketiak, dan
kelaminnya. Pada pria telah tumbuh jakun dan suara remaja pria berubah menjadi
parau dan rendah. Kulit berubah menjadi kasar. Pada remaja wanita juga
mengalami pertumbuhan bulu-bulu secara lebih terbatas, yakni pada ketiak dan
kelamin. Pertumbuhan juga terjadi pada kelenjar yang bakal memproduksi air susu
di buah dada, serta pertumbuhan pada pinggul sehingga menjadi wanita dewasa
secara proporsional.
d. Masa Dewasa dan Tua
1. Dewasa awal
·
Efisiensi fisik mencapai puncaknya,
terutama pada usia 23-27 tahun;
Kemampuan reproduktif mereka berada di tingkat yang
paling tinggi, pada perempuan menjadi masa kesuburan yang baik
·
Kekuatan tenaga dan motorik mencapai
masa puncak
·
Kesehatan fisik berada pada keadaan
baik.
2. Dewasa tengah/ masa
baya
·
Berat badan bertambah, bahu seringkali
membentuk bulat, dan terjadi penggemukan seluruh tubuh yang membuat perut
kelihatan menonjol sehingga seseorang kelihatan lebih pendek
·
Otot menjadi lembek dan mengendur
disekitar dagu, pada lengan dibagian atas dan perut.
·
Mulai menurunnya kekuatan fisik,
fungsi motorik dan sensori
·
Gangguan pada ersendian, tungkai,
lengan yang membuat mereka sulit berjalan dan memegang benda yang jarang
terjadi pada usia muda
·
Mulai terjadinya proses menua secara
gradual, maksudnya terlihat tanda-tanda bahwa dirinya mulai tua, seperti
tumbuhnya uban di kepala, rambut pada wajah tumbuh lebih lambat dan kurang
subur, adanya kerutan-kerutan pada bagian wajah, kemampuan fungsi mata
berkurang.
·
Rambut pada pria mulai jarang,
menipis, dan terjadi kebotakan pada bagian atas kepala, rambut di hidung,
telinga, dan bulu mata menjadi lebih kaku
·
Rambut pada wanita semakin tipis dan
rambut di atas bibir dan dagu bertambah banyak;
·
Terjadinya perubahan-perubahan
seksual. Kaum laki-laki dapat mengalami Climacterium dan wanita dapat
mengalami Menopause. Climacterium dan menopause merupakan
tanda berhentinya kemampuan menghasilkan keturunan dan dapat menimbulkan
penyakit Melancholia involutive (cemas dan merasa diri tak berguna)
peristiwa ini bagi laki-laki lebih lambat datangnya daripada wanita
Ciri-ciri
fisik sindrom Menopause:
1. Sistem
reproduksi menurun dan berhenti
2. Penampilan
kewanitaan menurun
3. Ketidaknyamanan
fisik
4. Berat badan
bertambah
5. Penonjolan
pada jari
6. Perubahan
kepribadian
Ciri-ciri
sindrom Climaterium pada pria:
1. Rusaknya
fungsi organ seksual
2. Nafsu
seksual menurun
3. Penampilan
kelakian menurun
4. Gelisah akan
kepribadian
5. Ketidaknyamanan
fisik
6.
Menurunnya kekuatan dan daya tahan tubuh
[1] Samsunuwiyati Mar’at. Psikologi Perkembangan. (Bandung, PT.Remaja Rosdakarya: 2005). Hal.
92
[2] Ibid. hal 95
[4] Samsunuwiyati Mar’at. 2005. Psikologi Perkembangan. Hal. 100
[5] Ibid. Hal. 102
[7] Samsunuwiyati Mar’at. Psikologi Perkembangan.Hal. 112
[8] Yuliani Rohmah, Elfi. Psikologi Perkembangan. (Yogyakarta, Teras: 2002)
[9] Yuliani Rohmah, Elfi. Psikologi Perkembangan.
[10] Yuliani Rohmah, Elfi. Psikologi Perkembangan.
[11]Ratna
Megawangi, Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa (Jakarta,
Indonesia Heritage Foundation: 2007). Hal.22
[12]
Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak (Jakarta, Erlangga: 1978). Hal.128
[13] Ibid
[14] Samsunuwiyati
Mar’at, Psikologi Perkembangan ( Bandung, Remaja Rosdakarya: 2013).
Hal.127
[15] Samsunuwiyati Mar’at, Psikologi
Perkembangan. Hal.128
[16] Ratna Megawangi, kumpulan makalah (Jakarta,
Indonesia Heritage Foundation: 2008). Hal. 12
[17] Samsunuwiyati Mar’at, Psikologi
Perkembangan. Hal. 132
[18] Ratna Megawangi, kumpulan makalah (Jakarta,
Indonesia Heritage Foundation: 2008). Hal. 3
[19] Samsunuwiyati Mar’at, Psikologi
Perkembangan. Hal. 130
[20] Ibid, Hal. 134-136
[21] Samsunuwiyati Mar’at, Psikologi
Perkembangan. Hal. 145
[22] Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter.
Hal. 131-132,
[23] Samsunuwiyati Mar’at, Psikologi
Perkembangan. Hal. 153
[24] Samsunuwiyati Mar’at, Psikologi
Perkembangan. Hal. 170
[25] Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter.
Hal.136
[26] Samsunuwiyati Mar’at, Psikologi Perkembangan.(Bandung: Remaja Rosdakarya: 2012). Hal. 195
[27] Samsunuwiyati Mar’at. Psikologi Perkembangan. Hal. 205
[28] Ratna Megawangi. Pendidikan Karakter solusi yang tepat untuk membangun bangsa.(Jakarta,
Indonesia Heritage Foundation: 2007). Hal.136
[29] Ibid. Hal. 137
[30] Samsunuwiyati Mar’at, Psikologi Perkembangan. Hal 194
[31] Ratna Megawangi. Pendidikan Karakter solusi yang tepat untuk membangun bangsa. Hal.
138
[32] Samsunuwiyati Mar’at. Psikologi Perkembangan. Hal 222.
[33] Samsunuwiyati Mar’at. Psikologi Perkembangan. Hal. 242
[34] Ratna Megawangi. Pendidikan Karakter solusi yang tepat untuk membangun bangsa.
Hal.140
[35] Ratna Megawangi. Pendidikan Karakter solusi yang tepat untuk membangun bangsa.
Hal.141
Tidak ada komentar:
Posting Komentar